Wednesday, November 2, 2016

Kurang Inovasi, Perusahaan Taxi Tradisional Makin Terpuruk

Kinerja emiten transportasi taksi pada kuartal III 2016 makin memburuk jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ada dua emiten taksi konvensional yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Blue Bird Tbk (BIRD).

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2016, Express tercatat menderita rugi sebesar Rp81,8 miliar. Perolehan tersebut berbanding terbalik dengan kuartal III tahun lalu yang masih mampu menyerok laba bersih Rp11,07 miliar. Pemicunya tidak lain akibat pendapatan perusahaan yang turun 28,95 persen menjadi Rp512,57 miliar dari sebelumnya Rp721,4 miliar.

Neraca operator taksi terbesar di Indonesia, Blue Bird terbilang masih lumayan karena kerja kerasnya selama sembilan bulan di 2016 membuahkan laba bersih Rp360,86 miliar. Meskipun, realisasi itu merosot 42,3 persen dari Rp625,42 miliar laba bersih yang diperolehnya sampai kuartal III 2015.

Reza Priyambada, anggota Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) menyatakan kinerja emiten taksi yang masih buruk disebabkan oleh biaya operasional taksi yang tinggi. Sementara, emiten terus menambah jumlah armadanya. "Biaya operasional mereka kan tinggi, sehingga pendapatan mereka belum mampu mengimbangi. Jadi turun terus," ungkap Reza, Rabu (2/11).

Tak hanya itu, semakin banyaknya jumlah armada taksi berbasis teknologi daring (online) ikut memberikan dampak buruk bagi Blue Bird dan Express. Harga yang ditawarkan oleh taksi online, jauh lebih murah dan service lebih baik jika dibandingkan tarif buka pintu Blue Bird dan Express, sehingga masyarakat cenderung memilih harga yang jauh lebih murah.

"Orang kan lihat juga pada harga, daripada mahal-mahal kalau ada yang murah ambilnya yang murah," imbuhnya. Selain itu, pertambahan jumlah penumpang taksi saat ini tak sebanding dengan jumlah armada taksi yang ada. Sehingga, bertambahnya perusahaan taksi hanya membuat perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih atau bahkan mengalami rugi.

"Jadi penambahan perusahaan dan armada itu nggak sebanding dengan jumlah penumpang saat ini. Kalau dilihat jumlah penumpang taksi tumbuhnya tidak secepat pertumbuhan jumlah taksi," terang Reza. Dengan kondisi tersebut, ia memprediksi kinerja Blue Bird dan Express masih akan terus mengalami penurunan hingga akhir tahun. Maka, ada baiknya bagi emiten taksi untuk mengurangi armadanya untuk menyesuaikan dengan jumlah penumpang yang ada saat ini.

"Sampai akhir tahun masih akan terus turun, tapi kalau tumbuh tiga sampai empat persen udah terbilang bagus sih. Tapi sepertinya masih akan turun," pungkasnya

No comments:

Post a Comment