Badan Pusat Statistik (BPS) melihat peluang besar tercapainya pertumbuhan ekonomi menembus 5 persen secara tahunan, pada kuartal I 2017. Artinya, prediksi itu lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 4,91 persen. "Peluang tumbuh lebih dari 5 persen saya kira besar. Tinggal kita lihat bulan ke depan seperti apa," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo saat ditemui di kantornya, Kamis (16/2).
Keyakinan Sasmito dipicu oleh kinerja perdagangan internasional yang semakin membaik. Sepanjang bulan lalu, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$1,4 miliar. Angka ini jauh membaik dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun lalu, US$13,6 juta.
Capaian itu tak lepas dari performa ekspor yang melampaui impor, khususnya di sektor non minyak dan gas (migas). Sepanjang bulan lalu, ekspor nonmigas mencapai US$12,11 miliar atau melonjak 29,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$9,37 miliar.
Sementara, impor nonmigas tercatat US$10,18 miliar atau hanya tumbuh 10,12 persen dibandingkan capaian Januari 2016. Tak hanya itu, jika dilihat lebih detail, ekspor industri pengolahan juga meningkat pesat. Tercatat, ekspor dari industri pengolahan mendominasi sebesar US$9,87 miliar atau naik 26,27 persen dari capaian periode yang sama tahun lalu.
"Artinya, kinerja industri pengolahan kita mestinya juga naik pada kuartal I 2017," ujarnya.
Kemudian, ekspor dari industri pertambangan melonjak 50,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$1,96 miliar. Hal itu dipicu oleh tren membaiknya harga komoditas dan perekonomian negara mitra dagang.
Di sektor pertanian, peningkatkan kinerja ekspor juga terjadi meskipun tak sebesar dua sektor di atas. Sepanjang Januari 2017, ekspor pertanian hanya sekitar US$280 juta atau tumbuh 11,64 persen. Dari sisi impor, yang menjadi perhatian adalah melesatnya pertumbuhan impor bahan baku dan penolong serta impor barang modal.
BPS melansir, impor bahan baku/penolong mendominasi sebesar US$9,06 miliar atau naik 20,92 persen secara tahunan. Kemudian, impor barang modal naik 6,04 persen menjadi US$1,92 miliar. Lebih lanjut, konsumsi masyarakat juga relatif terjaga. Penurunan impor barang konsumsi sebesar 13,39 persen menjadi US$1,01 miliar pada bulan lalu juga tidak disebabkan oleh turunnya daya beli melainkan turunnya impor kelompok bahan pangan seperti beras dan jagung.
No comments:
Post a Comment