Dampak pelemahan ekonomi global tahun lalu masih terasa di neraca keuangan PT Bank Mandiri Tbk (Persero). Sepanjang tahun lalu, bank pelat merah tersebut harus menelan penurunan laba bersih hingga 32,1 persen dari Rp20,3 triliun tahun 2015 menjadi Rp13,8 triliun tahun 2016.
Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan penurunan laba tersebut terjadi akibat perseroan harus menyisihkan biaya pencadangan akibat angka kredit macet yang tinggi. Pasalnya, tahun lalu Bank Mandiri harus menanggung tekanan akibat jatuhnya harga komoditas yang menyeret para nasabah segmen komersialnya ke kondisi sulit bayar.
Secara total angka rasio kredit bermasalah (NPL) gross Bank Mandiri pada akhir tahun lalu menembus 4 persen, naik 1,4 persen jika dibandingkan dengan NPL tahun 2015 yang mencapai 2,5 persen. Bank berlogo pita emas itu pun harus menyisihkan pencadangan hingga Rp24,6 triliun tahun lalu, naik 104,7 persen dari penyisihan tahun 2015 yang mencapai Rp12,04 triliun.
"Perlambatan ekonomi di tahun 2013 berdampak pada penurunan ekonomi di 2014. Perlambatan ekonomi dan peningkatan kredit bermasalah berasal dari kredit yang disalurkan kredit komoditas," ujar Kartika dalam konferensi pers di Plaza Mandiri, Selasa (14/2).
Debitur segmen komersial menyumbang kredit bermasalah paling tinggi yakni mencapai 9 persen. Hal ini membuat Bank Mandiri berkali-kali merestrukturisasi kredit hingga harus menempuh jalur hukum untuk menyeret debitur nakal yang enggan melunasi kewajiban kreditnya.
"NPL paling besar ada di nasabah kredit komersial. Yang memiliki satu sumber pendapatan, jadi ketika tahun 2014 harga komoditas jatuh akibat perlambatan ekonomi dan itu membuat kemampuannya dalam membayar kredit melemah," ujar pria yang kerap disapa Tiko itu.
Namun, terlepas dari biaya pencadangan yang tinggi tahun lalu, Bank Mandiri sebenarnya mampu mencatatkan pertumbuhan laba Rp43,25 triliun di 2016 naik 12,7 persen dari tahun 2015 yang mencapai Rp38 triliun. "Kalau lihat dari kinerja dari sisi kinerja operasional kita masih sangat baik.
Sebelum adanya pencadangan pendapatan laba mencapai Rp43,25 triliun atau tumbuh 12,7 persen. Tahun lalu memang karena pencadangan itu yang membuat laba kita tertekan," ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala Mansury.
Dari kinerja kredit, Bank Mandiri mampu mencatatkan pertumbuhan hingga 11,2 persen dari Rp595 triliun menjadi Rp662 triliun. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), Bank Mandiri mencatat pertumbuhan hingga 12,7 persen dari Rp676,4 triliun menjadi Rp763,5 triliun.
Aset Bank Mandiri tahun lalu pun berhasil menembus hingga Rp1.038 triliun sehingga menjadi bank dengan aset terbesar secara konsolidasi di Indonesia. Tahun ini, Pahala berharap tren NPL akan turun dengan demikian biaya pencadangan akan turun secara signifikan. Mengingat kredit yang perlu direstrukturisasi akan menurun.
"Laba tahun ini diharapkan akan normal karena CKPN yang kita bentuk akan menurun," ujarnya
No comments:
Post a Comment