Thursday, February 16, 2017

China Berhasil Bebaskan Indonesia Dari Ketergantungan Ekspor Ke Amerika Seritkat

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2017 mengalami surplus sebesar US$1,4 miliar. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan Desember 2016 yang tercatat surplus US$990 juta. "Ini merupakan surplus bulanan terbesar sejak Januari 2014" tutur Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (16/2).

Jika dirinci, ekspor bulan lalu tercatat sebesar US$13,38 miliar atau naik 27,71 persen dibanding Januari 2016. Sementara, realisasi impor mencapai US$11,99 miliar atau naik 14,54 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.  "Kita tahu bahwa di kuartal IV 2016 terjadi kenaikan haraga-harga komoditas baik migas maupun non migas. Kemudian ada perbaikan ekonomi di negara tujuan ekspor utama meskipun sedikit," ujar pria yang kerap disapa Ketjuk.

Namun, jika dibandingkan Desember 2016, capaian ekspor Januari 2017 turun 3,21 persen karena faktor musiman. Khusus ekspor non migas, sepanjang bulan lalu capaiannya sebesar US$12, 11 miliar atau melonjak 29,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$9,37 miliar.

Nilai ekspor nonmigas terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati senilai US$2,19 miliar. Setelah itu, ekspor bahan bakar mineral mengekor di angka US$1,68 miliar.  Secara sektoral, ekspor dari industri pengolahan mendominasi sebesar US$9, 87 miliar atau naik 26,27 persen dari capaian periode yang sama tahun lalu.

"Ini kabar yang menggembirakan," ujarnya.

Dilihat dari tujuan ekspor, China menjadi negara pembeli produk non migas Indonesia terbesar di angka US$1,55 miliar atau 12,8 persen dari total ekspor nonmigas sepanjang bulan lalu. Diikuti Amerika Serikat (AS) sebesar US$1,43 miliar dan India sebesar US$1,32 miliar.

"Terjadi pergeseran dari biasanya ekspor ke AS yang terbesar," ujarnya. Dari sisi impor yang realisasinya mencapai US$11,99 miliar, BPS mencatat nilai impor non migas mencapai US$10,18 miliar atau tumbuh 10,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Impor mesin-mesin/ pesawat mekanik mendominasi sebesar US$1,74 miliar. Setelah itu, impor mesin/peralatan listrik menyusul di angka US$1,36 miliar.  Berdasarkan penggunaan, impor bahan baku/penolong mendominasi sebesar US$9,06 miliar atau naik 20,92 persen dari periode yang sama tahun lalu. Kemudian, impor barang modal naik 6,04 persen menjadi US$1,92 miliar. Sedangkan impor barang konsumsi turun 13,39 persen menjadi US$1,01 miliar.

Berdasarkan negara, China, Jepang dan Thailand masih menjadi negara penjual barang terbanyak ke Indonesia. Tercatat, impor non migas asal China mencapai US$2,92 miliar atau berkontribusi 28,7 persen dari total impor nonmigas. Di sisi lain, neraca perdagangan migas tercatat defisit US$536,6juta.

Ekspor migas Indonesia pada Januari 2017 sebesar US$1,27 miliar, naik 14,77 persen dibandingkan dengan ekspor Januari 2016 yang sebesar US$ 1,11 miliar.  Sementara, impor migas tercatat sebesar US$1,81 miliar pada Januari 2017, atau melonjak 48,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan nilai US$1,22 miliar.

No comments:

Post a Comment