Wednesday, January 31, 2024

Tabungan Orang Kaya Raya Diatas 5 Milyar Menurun Tajam Tahun 2023

 Dunia usaha diduga sedang tak baik-baik saja lantaran tabungan orang kaya di atas Rp5 miliar di bank umum melandai pada 2023 lalu. Kekhawatiran ini diungkap oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Mereka membandingkan data tahun lalu dengan 2022 yang hasilnya cukup jomplang.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan tabungan di atas Rp5 miliar itu tumbuh melambat di level 3,51 persen pada 2023. Beda dengan tahun sebelumnya ketika pertumbuhan tabungan orang kaya menyentuh 14 persen-15 persen.

"Dugaan kami ini sebagian besar adalah korporasi. Jadi kelihatannya, kita juga takut apakah ini pertanda mereka (pengusaha) enggak punya duit," ucap Purbaya dalam konferensi pers di Kantor LPS, Jakarta Selatan, Selasa (30/1).

"Kalau kita lihat tren pemakaian uang korporasi, sepertinya sekarang mereka beralih memakai uang sendiri untuk ekspansi usahanya dibandingkan dengan pinjam di bank," imbuhnya. Purbaya menduga pengusaha kini lebih senang 'membakar' uangnya sendiri ketimbang harus berhadapan dengan bunga pinjaman bank yang cukup besar, baik di dalam maupun luar negeri.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal sepakat dengan tilikan LPS soal korporasi di balik penurunan tabungan orang kaya tersebut. Namun, Faisal tak mau gegabah menilai fenomena tersebut sebagai alarm bahaya bagi perekonomian Indonesia.

"Saya tidak ingin buru-buru menyatakan bahwa ada alarm bahaya dalam jangka pendek atau panjang... Apakah indikasinya (dampak penurunan tabungan orang kaya) sampai bahaya? Itu belum, terlalu dini untuk mengatakan begitu," kata Faisal.

Faisal punya rasionalisasi di balik pelemahan tabungan di atas Rp5 miliar tersebut. Menurutnya, biang kerok ini semua adalah kegiatan ekspor dan impor. Ia menilai ada keterkaitan aktivitas jual beli dengan negara lain tersebut terhadap kondisi dana pihak ketiga. Dengan kata lain, kondisi perekonomian global yang mempengaruhi ekspor impor Indonesia juga berpengaruh ke tabungan orang kaya di tanah air.

"Biasanya, ketika ekspor kita meningkat luar biasa, misal karena booming harga komoditas, pertumbuhan dana pihak ketiga di atas Rp5 miliar ini juga naik. Sebaliknya, jika ketika harga komoditas sedang turun atau ekspor kita sedang menurun, ini biasanya juga diikuti pelemahan pertumbuhan dari dana pihak ketiga di atas Rp5 miliar," tuturnya.

Faisal mengatakan saat ini harga komoditas memang tengah dalam tren pelemahan dibandingkan 2022 lalu. Kondisi ini sejalan dengan dana pihak ketiga yang disimpan di sejumlah bank umum.

Meski efeknya belum akan berbahaya pada perekonomian Indonesia, Faisal menyebut fenomena ini perlu dipelototi negara. Terlebih, para orang kaya tersebut menjadi kelompok yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia alias produk domestik bruto (PDB).

Apa yang harus dilakukan negara?

Tak jauh beda, Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan penurunan nilai suatu tabungan tidak bisa dipukul rata sebagai sentimen negatif. Ia pun sangsi dengan kecemasan LPS.

"Saya belum melihat ada tren perusahaan mengalami kesulitan keuangan di periode ini. Sempat ada sedikit tekanan, tetapi di periode tengah tahun lalu (2023), terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)," klaim Banjaran.

Ia menyebut realokasi aset lumrah dilakukan. Tujuannya, mengoptimalisasi portofolio yang dimiliki perusahaan, baik untuk keperluan usaha atau investasi di sektor keuangan. Banjaran melihat sikap wait and see yang muncul sejak tahun lalu juga sudah mulai bergeser. Ia melihat mobilitas kegiatan usaha kini sudah semakin meningkat.

Akan tetapi, Banjaran berpesan agar pemerintah tetap menjaga stimulus kepada dunia usaha. Ini penting meski menurutnya tabungan di atas Rp5 miliar yang terjun bebas belum menjadi alarm bahaya.

"Di 2024, harapan besar belanja pemerintah masih kuat didorong dengan stimulus kepada usaha-usaha yang bisa menjadi driver perekonomian, baik padat karya, kebutuhan dasar, serta mobilitas," jelasnya.

"Yang perlu dijaga (oleh pemerintah) lebih kepada imported inflation, terutama dari sektor pangan dan olahan yang bisa meningkatkan biaya produksi maupun melemahkan daya beli," tandas Banjaran.


Ustaz Solmed Kaya Raya Karena Bisnis Rokok

 Ustaz Solmed menjadi sorotan setelah memamerkan rumah mewah senilai Rp80 miliar di Bogor, Jawa Barat. Ia bisa memiliki rumah mewah berkat usaha yang dijalani, salah satunya bisnis rokok herbal.

Pria berusia 40 tahun ini menggeluti bisnis rokok herbal gara-gara ada tetangga yang meminta beras saat pandemi covid-19. Solmed bercerita seseorang itu datang sambil membawa rokok.

Melihat itu, ia heran kenapa seseorang lebih mampu membeli rokok dari pada beras untuk makan. Kala itu ia menyadari soal kebutuhan orang soal rokok, di mana orang tidak mampu membeli beras, tapi punya jatah untuk membeli rokok.

Kemudian, Solmed memanfaatkan peluang tersebut untuk terjun ke bisnis rokok dengan bantuan KH. Raden Abdul Malik selaku pemilik rokok herbal SIN Indonesia.

"Awal bisnis rokok kita juga di 2020 karena kita lihat orang datang minta beras tapi nggak bisa beli, rokok dia bisa. Ketemu lah saya dengan KH. Raden Abdul Malik pemilik brand rokok SIN ini," kata Solmed dalam YouTube MAIA ALELDUL TV, dikutip dari Insert Live, Jumat (26/1).

"Beliau kasih amanah pegang (SIN Indonesia), kita pasarkan banyak rokok. Alhamdulillah, jalanin tuh rokok. Sekarang gue dikasih 'mainan' baru lagi, SIN Kepo. Akhirnya punya uang," imbuhnya.

Lalu, apa sebenarnya rokok SIN yang bisa membuat Ustaz Solmed menjelma menjadi orang kaya?

Berdasarkan penelusuran, SIN adalah rokok herbal yang diproduksi oleh PT Tridaya Sinergi Indonesia (TSI). Rokok ini adalah hasil racikan dari KH. Raden Abdul Malik.

Mengutip laman resmi perusahaan, TSI adalah Perusahaan Direct Selling & Network Marketing yang telah mengantongi izin resmi dari pemerintah dalam SIUPL : 197/SIPT/SIUPL/12/2020 dengan berbasis pada produk berkualitas dan support system yang dapat diikuti oleh seluruh mitranya.

Kendati, perusahaan yang berkantor pusat di Tasikmalaya, Jawa Barat itu tak merinci siapa saja jajaran direksi maupun sang pemilik.

Perusahaan memiliki misi membuka peluang usaha sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya melalui kemitraan Tridaya Sinergi dengan sistem penjualan langsung dan pemasaran berjenjang.

TSI juga memiliki misi untuk mengelola usaha inti dan pelayanan kemitraan dengan amanah dan profesional. Tak hanya itu, perusahaan juga membina Mitra Tridaya Sinergi dalam pemahaman atas Produk dan Strategi Pemasaran melalui pelatihan yang terstandardisasi.

Perusahaan itu pun memproduksi 17 varian rokok herbal SIN. Produk rokok itu mencakup SIN Platinum TSI, SIN Kujang Mas TSI, SIN Sinergi Mind, SIN Provost 19, SIN Platinum Filter, SIN Sinergi Mind Menthol, dan SIN Trust.

Lalu, SIN Sapu Jagat, SIN Trust Menthol, SIN Kujang Mas Filter, SIN Krakatau, SIN New Normal ORG, dan SIN New Normal Mind. 

Kemudian, SIN New Normal Menthol, SIN Precision White, SIN Precision, dan SIN Sinergi Encode.

Rokok tersebut dijual mulai dari Rp17.500 hingga Rp57.600 per bungkus, tergantung varian. Selain rokok, TSI juga menjual dua produk kopi, yakni Mega Remeng Kopi dan Mega Remeng Kopi Original.



Wednesday, January 3, 2024

Pemilik Shoppe Yang Berharta 80 Triliun Rupiah

 Platform belanja online Shopee sangat populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, tak banyak yang tahu siapa sosok pemilik raksasa e-commerce tersebut. Faktanya, Shopee menguasai pasar Asia Tenggara. Tak heran jika Shopee meraup keuntungan cukup besar.

Marketplace tersebut secara konsisten menjadi situs e-commerce yang paling banyak dikunjungi di lima dari enam negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Total kunjungannya mencapai 235,9 juta pengunjung di awal 2024.

Kesuksesan Shopee tak terlepas dari pemilik sekaligus pendirinya bernama Forrest Li. Namanya tentu tidak asing bagi pebisnis digital dunia.

Berkembangnya Shopee di Asia Tenggara menjadikan Forrest Li sebagai orang paling kaya nomor 2 di Singapura. Ia juga sempat menduduki orang terkaya di negara tersebut

Dilansir dari berbagai sumber, Forrest Xiaodong Li lahir di Tianjin, China pada 1977/1978. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pegawai di perusahaan milik negara.

Ia lahir dan dibesarkan di kota pelabuhan China, Tianjin, oleh orang tua yang menghabiskan seluruh karir mereka di perusahaan milik negara.

Li mengenyam pendidikan di jurusan teknik Shanghai Jiao Tong University. Ia kemudian bekerja sebagai perekrut Motorola dan Corning di Shanghai selama empat tahun.

Langkah pertamanya untuk membuat perubahan dalam hidupnya adalah diterima di Stanford, di mana ia bertemu calon istrinya, Ma Liqian.

Pada 2005, Li menghadiri wisuda Ma di mana Steve Jobs menyampaikan pidatonya yang terkenal, "Anda harus menemukan apa yang Anda suka." Kalimat Jobs lantas menginspirasi Li untuk mengejar hasratnya dalam game online.

Setelah pindah ke Singapura, ia meluncurkan perusahaan game bernama GG Game di negeri itu. Namun startup itu gagal.

Pantang menyerah, Li kemudian meluncurkan Garena, platform game online, pada 2009 bersama dua temannya, David Chen dan Gang Ye - ketiganya sekarang adalah warga negara Singapura yang dinaturalisasi yang berasal dari China daratan.

Garena kemudian menjadi cikal bakal dari Sea Group. Perusahaan Li terus berkembang hingga pada 2014 dia meluncurkan AirPay yang kemudian berkembang menjadi layanan keuangan digital SeaMoney.

Setahun setelah itu, tepatnya 2015, Li meluncurkan platform belanja online atau e-commerce Shopee bersama Chen dan Ye. Aplikasi ini lantas menjadi salah satu dari marketplace yang paling banyak diunduh di Asia Tenggara.

Pada 2017 sebelum IPO, Li mengganti nama perusahaannya menjadi Sea. Nama itu mengacu pada Asia Tenggara (Southeast Asia) sebagai pasar utama perusahaannya.

Sea mengumpulkan US$884 juta atau setara dengan Rp13,61 triliun (asumsi kurs Rp15.491 per dolar AS) dalam penawaran yang menghargai perusahaan lebih dari US$4 miliar ketika sahamnya terdaftar di Bursa Efek New York.

Laporan Forbes real time net worth, kekayaan Li saat ini mencapai US$5,2 miliar atau Rp80,08 triliun.

Kekayaan ini menurun jika dibandingkan pada 2021 yang mencapai US$12,4 miliar. Ini merupakan imbas dari anjloknya harga saham SEA di bursa Amerika serikat, yang membuat kapitalisasi pasar perusahaan sebesar US$1 triliun hilang telah berdampak pada kekayaannya.