Thursday, October 31, 2013

Mie Instan Sumbang Kenaikan Inflasi Terbesar Bulan Oktober

Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih memperkirakan inflasi masih berlanjut hingga Oktober 2013. Lana memperkirakan pada Oktober terjadi inflasi di kisaran 0,2 persen. "Masih akan inflasi karena kenaikan tarif tenaga listrik dan juga tarif tol," kata Lana ketika dihubungi Tempo, Jumat, 1 November 2013.

Selain kenaikan tarif tersebut, Lana mengatakan pelemahan nilai tukar juga mendorong inflasi bulan lalu. Pelemahan nilai tukar, menurut dia, mulai tertransfer pada kenaikan harga makanan jadi, obat-obatan dan barang manufaktur. "Kalau dilihat, mi instan saja sudah mulai naik sekitar Rp 100-Rp 150 per bungkus," kata Lana.

Sementara itu, kelompok bahan makanan diperkirakan menyumbang deflasi. Meskipun demikian, Lana mengatakan komponen-komponen lain lebih banyak menyumbang inflasi sehingga secara keseluruhan terjadi inflasi.

Hingga September 2013, Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi tahunan telah mencapai 7,57 persen. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013 mematok target inflasi 7,2 persen.

Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianungsih, memprediksi inflasi pada Oktober 2013 tidak akan terlalu tinggi, tidak lebih dari 0,05 persen. "Inflasinya kecil," ujar Lana, Kamis, 24 Oktober 2013.

Inflasi terjadi pada produk peralatan, disebabkan kenaikan tarif dasar listrik pada awal Oktober lalu. Selain itu, juga pada sektor transportasi. "Kenaikan tarif tol memicu inflasi transportasi," katanya. Meski demikian, kata Lana, pada Oktober juga terjadi deflasi terutama pada sektor bahan pangan.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati juga menilai deflasi masih akan terjadi pada Oktober 2013. Penyebabnya, kata dia, tidak ada gejolak yang signifikan selama sebulan belakangan. "Tekanan pada nilai tukar rupiah pun cenderung rendah," kata dia.

Berakhirnya penutupan layanan pemerintah Amerika Serikat dan kondisi perekonomian yang mulai tenang, menurut Enny, turut berperan menjaga level nilai tukar rupiah di pasar uang.

September lalu, Badan Pusat Statistik mencatat telah terjadi deflasi sebesar 0,35 persen. Deflasi terjadi karena turunnya harga beberapa komoditas, seperti bawang merah, cabai rawit, sawi hijau, cabai merah, dan telur.

No comments:

Post a Comment