Sunday, September 15, 2024

Profil Anindya Bakrie Yang Berhasil Gulingkan Arsjad Rasjid Sebagai Ketua KADIN Lewat Munaslub

 Pengusaha Anindya Bakrie diumumkan sebagai Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Hotel St Regis, Jakarta menggantikan Arsjad Rasjid.

Anindya terpilih dalam Munaslub yang dihadiri 28 dari 34 Kadin provinsi dan 25 asosiasi.

Pengangkatan Anindya ini kemudian memicu kontroversi. Pasalnya, pelaksanaan Munaslub Kadin yang memutuskan Anindya sebagai ketum dianggap telah melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang sah.

Sementara, Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Kadin Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengatakan mengatakan terpilihnya Anin sebagai Ketum Kadin sah dan tidak menyalahi AD/ART organisasi.

Menurutnya, dalam AD/ART organisasi disebutkan, pemilihan Ketua Umum dalam Munaslub sudah bisa ditetapkan bila daerah memang membutuhkan ketua baru, tanpa harus ada pelanggaran yang dilakukan ketua umum yang tengah menjabat.

Sementara itu, 21 Kadin daerah menolak digelarnya munaslub. Menurut mereka, munaslub ini merupakan upaya mendongkel kepemimpinan Arsjad Rasjid dari kursi Ketum Kadin.

Lantas siapa sebenarnya Anindya Bakrie?

Anindya Novyan Bakrie atau yang akrab disapa Anin ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Aburizal Bakrie dan Tatty Bakrie.

Pria kelahiran 10 November 1974 itu adalah pengusaha Indonesia di bidang teknologi, media, telekomunikasi, dan kendaraan listrik.

Saat ini ia adalah pemilik klub sepakbola Inggris Oxford United bersama Erick Thohir. Ia menjabat sebagai Direktur Utama Bakrie Group yang mengendalikan sejumlah perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar gabungan sekitar US$15 miliar atau setara Rp230,72 triliun (asumsi kurs Rp15.381 per dolar AS).

Sebelum terjun ke dunia bisnis, Anin mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar Triguna, lulus pada 1986 sebelum melanjutkan pendidikan menengah di Pangudi Luhur, yang keduanya berlokasi di Jakarta. Ia kemudian belajar di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sebuah sekolah menengah atas di Amerika Serikat (AS).

Atas ketertarikannya di bidang keuangan dan teknologi, juga keinginan mengikuti jejak bisnis sang ayah dan kakeknya, Anin mulanya hendak mengambil ekonomi sebagai jurusan utama di bangku perkuliahan. Ia meraih gelar sarjana di bidang teknik industri dari Northwestern University, Illinois pada 1996.

Ia kemudian mendapatkan gelar master dari program Global Management Immersion Experience (GMIX) di Stanford Graduate School of Business pada 2001. Ia kemudian berusaha menjembatani mahasiswa untuk dapat mengenyam pendidikan di Stanford Business School melalui Bakrie Center Foundation.

Kakak Anindhita Bakrie dan Anindira Ardiansyah Bakrie itu memulai kariernya sebagai banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet, AS pada 1996. Setahun setelahnya, sang ayah memintanya untuk kembali ke Indonesia pasca kerusuhan 1998.

Ketika baru mendapatkan gelar master dari Stanford, ia kemudian menjabat sebagai Deputy to Chief Operating Officer dan Managing Director di PT Bakrie & Brothers Tbk.

Anin pertama kali berkecimpung di bidang media di perusahaan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Pada 2002, ia mengirim proposal restrukturisasi ke lebih dari 200 kreditor dan membujuk mereka untuk merestrukturisasi utang mereka menjadi ekuitas.

Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua yakni Lativi Media Karya, dari pebisnis sekaligus Mantan Menteri Ketenagakerjaan Abdul Latief. Stasiun ini berganti nama menjadi tvOne dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah.

Pada 2011, dirinya bekerja sama dengan pengusaha sekaligus Mantan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk mengambil kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews. Di VIVA Group, Anindya menjabat ketua dan Erick Thohir menjabat presiden direktur.

Pada 2014, Bakrie Global Group yang dipimpin olehnya menginvestasikan Series C di Path, sebuah jaringan sosial pribadi, dengan jumlah pengguna aktif dari Indonesia yang mencapai 4 juta orang. Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada Oktober 2018.

No comments:

Post a Comment