Sunday, October 2, 2011

Investor Memburu Saham Pertambangan Karena Belum Di Window Dressing

Para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (30/9) melakukan pembelian saham industri pertambangan, karena harga saham yang diperdagangkan sudah cukup rendah dan saatnya untuk dibeli.

Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan mengatakan, pembelian saham industri pertambangan oleh investor memicu harganya naik tipis antara Rp 25 sampai Rp 50 per saham. Misalnya saham Adaro naik Rp 30 menjadi Rp 1.760 per saham, Bumi Resources naik Rp 40 menjadi Rp 1.970.

"Namun kenaikan saham pertambangan itu diimbangi oleh merosotnya saham perbankan, sehingga indeks harga saham gabungan naik tipis," tuturnya.

Menurut Ifan Kurniawan, kenaikan saham pertambangan itu, karena ada indikasi bahwa institusi (perusahaan-perusahaan) melakukan aksi memperbaiki posisi portofolio investasinya, atau melakukan window dressing.

"Aksi window dressing itu sebenarnya mulai terlihat pada dua hari lalu, yang akan dilakukan pada akhir bulan ini (Jumat-30/9)," katanya.

Ifan mengatakan, aksi window dressing terutama sudah terjadi pada saham perbankan, konsumsi dan infrastruktur dan kini pada saham industri pertambangan. Sedangkan untuk saham perbankan kini terlihat tertekan pasar, ujarnya.

Saham pertambangan itu, lanjut dia , sebelumnya tidak dilirik investor asing akibat merosotnya harga nikel, dan minyak mentah dunia.

Ifan menambahkan, perdagangan saham di BEI cenderung positif, setelah pertumbuhan ekonomi AS kuartal kedua 2011 cenderung lebih baik, mencapai 1,3 persen dari sebelumnya satu persen, bahkan lebih tinggi dari perkiraan pasar yang mencapai 1,2 persen.

Selain itu, adanya pernyatan Kanselir Jerman bahwa negara akan menmbahkan dana talangan bagi negara-negara yang mengalami krisis di Eropa yang mendorong pelaku pasar asing melakukan pembelian saham, katanya.

"BEI sebelumnya sempat terpuruk, karena net selling oleh pelaku asing untuk membeli dolar cukup besar mencapai Rp 15 triliun, sedangkan net buying asing sejak Januari hingga Juli mencapai Rp 23 triliun," katanya.

No comments:

Post a Comment