Rencana kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15 persen pada tahun depan diperkirakan juga akan menyebabkan kenaikan harga tiket kereta rel listrik (KRL) khususnya di Jabodetabek. Alasannya, komponen biaya terbesar dari tiket berasal dari tarif listrik.
"Kalau tarif listrik jadi naik tahun depan, harga tiket kereta juga akan naik. Kontribusi harga tiket terbesar dipicu oleh harga listrik," kata Direktur Keuangan KAI Commuter Jabodetabek, Tri Handoyo di kantor KAI Commuter Jabodetabek di Stasiun Juanda Jakarta, Senin (24/9/2012).
Kendati demikian, pihak KAI Commuter Jabodetabek belum menghitung kemungkinan kenaikan harga tiket untuk KRL AC tersebut, khususnya pada tahun depan.
Saat ini, mulai 1 Oktober mendatang, pihak KAI Commuter Jabodetabek memang akan menaikkan harga tiket commuter sebesar Rp 2.000 di setiap tujuan commuter di Jabodetabek. Rinciannya adalah commuter dengan tujuan Bogor-Jakarta Kota/Jatinegara menjadi Rp 9.000, Bogor-Depok Rp 8.000, Depok-Jakarta Kota/Jatinegara Rp 8.000, Bekasi-Jakarta Kota Rp 8.500, Tangerang-Duri Rp 7.500 dan Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang Rp 8.000.
"Kenaikan ini juga dipicu karena biaya impor gerbong kereta dari Jepang sudah tinggi, yaitu 10 persen. Ini terlalu memberatkan," tambahnya.
Sekadar catatan, pemerintah memang sudah setuju untuk menaikkan tarif dasar listrik sebesar 15 persen secara bertahap pada tahun depan. Pemerintah beralasan, jika tarif listrik tidak naik, maka subsidi pemerintah bisa membengkak hingga Rp 93 triliun.
PT KAI Commuter Jabodetabek, anak usaha PT Kereta Api Indonesia Persero, akan menaikkan harga tiket kereta commuter (kereta AC) Rp 2.000 untuk setiap tujuan. Kenaikan tarif tersebut akan berlaku mulai 1 Oktober 2012.
Direktur Keuangan KAI Commuter Jabodetabek Tri Handoyo menjelaskan, kenaikan tarif commuter tersebut karena perseroan ingin meningkatkan layanan penumpang di seluruh kereta dan stasiun di Jabodetabek.
"Kenaikan tarif kereta rel listrik (KRL) AC ini untuk meningkatkan layanan di seluruh stasiun dan semua layanan kereta," ungkap Tri di Kantor KAI Commuter Jabodetabek, Stasiun Juanda, Jakarta, Senin (24/9/2012).
Apalagi, PT KAI juga berencana menaikkan target penumpang pada 2017 menjadi sebesar 1,2 juta penumpang. Saat ini, jumlah penumpang commuter di Jabodetabek mencapai sekitar 400.000 penumpang per hari, sementara ketersediaan armada hingga saat ini hanya 268 unit KRL.
Menurut Tri, kenaikan tarif commuter ini juga akan meningkatkan layanan di stasiun, seperti peremajaan stasiun, peron, jumlah petugas keamanan, hingga untuk operasional kereta api, seperti membeli kereta dari Jepang. Saat ini sudah ada 20 kereta bekas KRL seri 6000 dari Jepang yang sudah tiba di Tanjung Priok Jakarta. Kedatangan KRL tersebut merupakan program penambahan armada di tahun 2012 yang ingin mendatangkan hingga 90 kereta.
"Biaya investasi satu rangkaian gerbong mencapai Rp 1 miliar. Jadi, kalau 20 rangkaian kereta, biayanya Rp 20 miliar. Hingga akhir tahun, kami akan mengeluarkan Rp 90 miliar," paparnya.
Sekadar catatan, KAI Commuter Jabodetabek telah mendatangkan 20 unit KRL seri 6000. Sekitar 20 unit KRL sudah tiba pada April 2012, 10 unit KRL datang pada Mei 2012, 20 unit KRL datang pada 24 September 2012, dan 40 unit KRL diperkirakan tiba pada Oktober hingga November 2012.
Tarif commuter yang akan naik adalah commuter dengan tujuan Bogor-Jakarta Kota/Jatinegara (Rp 9.000), Bogor-Depok (Rp 8.000), Depok-Jakarta Kota/Jatinegara (Rp 8.000), Bekasi-Jakarta Kota (Rp 8.500), Tangerang-Duri (Rp 7.500), dan Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang (Rp 8.000).
"Hingga akhir tahun ini, biaya investasi KAI Commuter Jabodetabek mencapai Rp 120 miliar, sedangkan tahun depan kami naikkan menjadi Rp 200 miliar. Kami juga akan menaikkan jumlah pembelian armada kereta menjadi 160 kereta," tuturnya.
Dengan alasan operasional yang tinggi itu, PT KAI menganggap bahwa pihaknya memerlukan biaya investasi yang tinggi pula. Salah satu caranya adalah menaikkan harga tiket KRL AC.
"Kami sudah tidak mendapat dana dari pemerintah. Jadi, wajar kalau harga KRL AC dinaikkan. Beda dengan KRL ekonomi biasa, tarifnya tidak naik," kata Tri.