Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat meminta para produsen mobil untuk menggenjot ekspor pada 2013-2014. Hal ini mendesak untuk dilakukan mengingat neraca perdagangan nasional jeblok dan rupiah tenggelam. "Para produsen sudah menyanggupi," kata dia di kantornya, Senin 2 September 2013.
Ekspor mobil, kata Hidayat, sangat penting untuk mengimbangi neraca ekspor nasional yang didominasi komoditas sumber daya alam. Kementerian Perindustrian pun berupaya menggenjot ekspor berbasis manufaktur melalui insentif berupa keringanan pajak. Hidayat berharap insentif fiskal tersebut bisa mendongkrak ekspor secara signifikan. "Kami tengah membicarakan regulasinya bersama Kementerian Keuangan," ujarnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ekspor mobil pada Januari-Juni 2013 mencapai 135.741 unit. Dari jumlah tersebut 84.304 unit diekspor dalam bentuk utuh (completely built up/CBU) dan 51.437 unit dalam kondisi terurai (completely knock down/CKD). Angka ini turun dibanding periode yang sama tahun lalu, saat kuantitas ekspor mencapai 138.358 unit. Dari jumlah tersebut, 86.903 unit diekspor dalam bentuk CBU dan 51.455 unit dalam bentuk CKD.
Dalam data yang dirilis pada Senin 2 Agustus 2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan secara komulatif pada Januari-Juli mencapai US$ 5,65 miliar (Rp 63,9 triliun). BPS mencatat angka tersebut merupakan defisit terbesar sepanjang sejarah. Kondisi ini disebabkan tingginya impor terutama komoditas minyak dan gas. Impor pada Januari-Juli mencapai US$ 111,83 miliar. Dari jumlah tersebut impor non-migas mencapai US$ 85,58 miliar, selebihnya didominasi produk minyak dan gas.
No comments:
Post a Comment