Terus jebloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyebabkan penjualan produk elektronik merosot. “Omzet penjualan pengusaha ponsel anjlok hingga 40 persen selama tiga pekan terakhir. Pasar sangat sepi,” ujar Ketua Asosiasi Importir Seluler Indonesia, Eko Nilam, ketika dihubungi Sabtu 31 Agustus 2013. Adapun omzet penjualan ponsel tahun lalu mencapai Rp 25 triliun.
Lesunya pasar gadget ini tak lepas dari kenaikan harga jual ponsel hingga 15-20 persen. “Harga ponsel high-end yang paling tinggi kenaikannya,” tutur Eko.
Sejumlah toko elektronik tercatat sudah menaikkan harga jual produknya sejak pekan lalu. Assistant Branch Manager Electronic Solutions Mal Taman Anggrek, M. Sidiq Septian, misalnya, menyebutkan kenaikan harga barang elektronik berkisar 10-15 persen.
Adapun Assistant Branch Manager Best Denski Central Park, Dede Rifki, menyatakan kenaikan harga di gerainya berkisar 5 persen. “Produk yang harganya naik, seperti home theatre, televisi, baik yang berlayar LCD maupun LED, audio-video, dan pemutar DVD,” tuturnya.
Loyonya rupiah juga mengerek kenaikan harga produk komputer hingga 7-10 persen. “Di Indonesia, 40 persen dari komputer jenis notebook dan PC-nya masih impor,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Komputer Indonesia, Setyo H. Singgih. Sayang ia tak menyebutkan berapa penurunan omzet penjualan akibat kenaikan harga itu.
Terkait dengan kenaikan harga gadget ini, ada fenomena menarik yang diungkapkan oleh analis dari Prapancha Research, Adi Ahdiat. Dalam survei di jejaring sosial Twitter sepanjang setahun belakangan (30 Agustus 2012-29 Agustus 2013), ditemukan perbincangan tentang rupiah sebanyak 1,5 juta celoteh.
Dari satu jutaan celoteh itu, sebanyak 227 ribu atau sekitar 15 persen berlangsung hanya dalam sembilan hari terakhir. Di situ juga disinggung dampak pelemahan rupiah terhadap kenaikan harga produk tersier. Menariknya, tampak bahwa para pengguna media sosial itu lebih risau oleh kenaikan harga laptop, ponsel, mobil, dan berbagai peranti elektronik ketimbang kenaikan harga kebutuhan pokok. “Jumlahnya mencapai 7.000 kicauan, lebih tinggi dari perbincangan tentang dampak pelemahan rupiah ke bahan makanan,” tutur Adi.
No comments:
Post a Comment