Produsen ponsel pintar BlackBerry memberi sinyal akan menjual perusahaannya setelah ponsel terbarunya gagal memberikan keuntungan maksimal di pasar. Perusahaan asal Kanada ini sudah membentuk sebuah komite khusus untuk menyehatkan perusahaan.
Komite yang terdiri dari komisaris dan direksi BlackBerry ini akan mencari 'langkah alternatif' dalam meningkatkan nilai perusahaan dan mendorong performa produk terbarunya seri BlackBerry 10.
"Mereka harus bisa melangkah ke arah yang lebih baik bagi perusahaan dan pemegang saham supaya bisa bertahan dalam jangka panjang karena penjualan BlackBerry 10 cukup mengecewakan," kata analis Canaccord Genuity, Mike Walkley, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (13/8/2013).
Strategi khusus yang akan dirancang oleh komite khusus ini adalah joint venture, kerjasama dengan mitra dan langkah lain termasuk menjual perusahaan kepada investor strategis. Saham BlackBerry naik 10,5% ke level US$ 10,78 per lembar di Wall Street pada perdagangan kemarin.
Pencarian opsi-opsi strategis ini akan dipimpin Timothy Dattels, yang baru saja bergabung jadi direksi BlackBerry tahun lalu dari sebelumnya di TPG Capital, salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia.
Ponsel BlackBerry, yang muncul pada 1999, sempat menjadi perangkat ponsel yang dominan di kalangan pebisnis sebelum kemunculan iPhone besutan Apple pada 2007. Saat itu, BlackBerry menjadi ponsel yang paling diandalkan untuk menerima email dan layanan data lainnya.
Sejak kemunculan ponsel buatan Apple dan aneka ponsel lain berbasis Android, ponsel BlackBerry semakin banyak ditinggal pemakainya.
Januari lalu, perusahaan asal Kanada ini meluncurkan ponsel sekaligus operating system (OS) baru yang bernama BlackBerry 10 demi mengejar kompetisi yang semakin ketat. Tapi sayang, pangsa pasar BlackBerry sudah semakin menciut dan perusahaan memprediksi adanya kerugian di laporan keuangan akhir Juni kemarin.
Ini merupakan kali keduanya bagi BlackBerry menyewa bankir untuk membantu kesulitan keuangannya. Sebelumnya pada awal 2012 BlackBerry sudah menggaet mantan bankir Thorsten Heins untuk menjadi CEO perusahaan.
Gara-gara telat meluncurkan OS baru, BlackBerry terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5.000 karyawannya. Nilai perusahaan juga sudah anjlok lebih dari US$ 70 miliar (Rp 665 triliun) hingga saat ini.
No comments:
Post a Comment