Perusahaan barang konsumsi, PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan perlambatan pertumbuhan kinerja sesuai dengan kondisi makro ekonomi dalam negeri sepanjang tahun lalu dengan membukukan laba bersih Rp5,85 triliun, atau hanya naik 2 persen dari capaian 2014 sebesar Rp5,73 triliun. Pertumbuhan itu melambat dari peningkatan pada 2014 sebesar 7,2 persen.
Direktur Governance & Corporate Affairs dan Sekretaris Perusahaan Sancoyo Antarikso mengatakan di tengah kondisi perekonomian makro di Indonesia yang masih melambat di 2015, perseroan mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 5,7 persen menjadi Rp36,5 triliun rupiah.
“Pertumbuhan penjualan perseroan yang tercatat single digit di 2015 sangat dipengaruhi oleh kondisi makro-ekonomi Indonesia yang masih belum kondusif. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang melemah, yakni 4,8 persen, menyebabkan turunnya konsumsi masyarakat selama 2015,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/3). Sancoyo menambahkan, perseroan membukukan pertumbuhan penjualan dalam negeri sebesar 6,6 persen pada tahun 2015. Namun, karena terdapat penurunan penjualan untuk ekspor, secara keseluruhan total pertumbuhan penjualan ditutup di 5,7 persen.
Selain itu, Sancoyo menjelaskan, kendati kondisi perekonomian mulai menunjukkan perbaikan di kuartal III 2015, rupiah mengalami depresiasi pada pertengahan tahun, hingga mencapai nilai terendah pada Rp14.697 per dolar AS. “Hal ini menjadi tantangan besar bagi perseroan, karena sekitar 55 persen dari input costskami berkaitan dengan hard currencies,” ungkapnya.
Selama 2015, Sancoyo mengaku direksi perseroan tetap meneguhkan fokus pada eksekusi dan efisiensi di seluruh lini operasi, yang membuahkan peningkatan gross margin dan pertumbuhan laba bersih sebesar 2 persen, yang merupakan pembukuan sebelum restatement, sebagai dampak diberlakukannya Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK 24 – revisi 2013) oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
“PSAK baru ini, yang berlaku efektif 1 Januari 2015, mengatur tentang perlakuan akuntansi atas Imbalan Kerja,” jelasnya. Ia menjelaskan, dengan adanya perubahan asumsi perseroan dalam manfaat dan metode pengakuan imbalan kerja, maka perseroan harus menyajikan kembali laporan keuangan per 31 Desember 2014, sebagai bentuk penyajian komparatif terhadap laporan keuangan per 31 Desember 2015.
“Penyajian kembali ini menyebabkan dibukukannya kenaikan laba dan penghasilan komprehensif lain yang dilaporkan Perseroan per 31 Desember 2014,” katanya. Sancoyo menyatakan, tantangan ekonomi sepanjang 2015 tidak menyurutkan komitmen perseroan untuk tetap menggiatkan investasi di sepanjang rantai nilai guna mempertahankan posisi perusahaan.
“Salah satu inisiatif utama yang dieksekusi pada 2015 adalah pembukaan pabrik bumbu masak yang baru di Cikarang, yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian pada Agustus 2015,” ujarnya. Ia mengatakan peluncuran pabrik seluas 6,2 ha dengan teknologi tinggi ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan bisnis pangan Perseoan dalam jangka panjang. Pabrik ini juga memiliki disain ramah lingkungan.
Lebih lanjut, Sancoyo menyatakan tahun 2016 akan disikapi perseroan secara optimistis, namun tetap berhati-hati. Dalam 12 bulan ke depan, lanjutnya, kinerja Perseroan akan sangat tergantung pada kekuatan portofolionya. “Kami akan tak henti-hentinya berfokus untuk memahami konsumen, menganalisis pergeseran perilaku dan preferensi mereka, untuk dapat mengembangkan inovasi yang secara jitu menjawab kebutuhan mereka,” kata Sancoyo.
No comments:
Post a Comment