Thursday, October 6, 2016

IHSG Stagnan dan Dollar Melonjak Menunggu Spekulasi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Indeks Harga Saham Perdagangan (IHSG) diprediksi bergerak dalam rentang konsolidasi dibayangi penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akibat spekulasi kenaikan suku bunga Negeri Paman Sam. Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menyatakan, pasar saham Wall Street tadi malam bergerak variatif ditutup stagnan menyusul antisipasi pasar atas data tenaga kerja AS yang akan keluar akhir pekan ini.

Selain itu, harga minyak mentah kembali menguat hingga menembus US$50 per barel turut mempengaruhi pergerakan Wall Street tadi malam. David merinci, indeks Dow Jones ditutup melemah tipis 0,07 persen di 18.268,50, sedangkan indeks S&P ditutup naik 0,05 persen di level 2.160,77. Menurut David, saham-saham berbasiskan energi bergerak positif, sedangkan saham sektor produk kesehatan dan perdagangan ritel koreksi.

"Fokus pasar kembali pada rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed pada akhir tahun ini, menyusul data-data ekonomi AS yang keluar akhir-akhir ini turut mendukung rencana kenaikan tersebut. Spekulasi kenaikan bunga di AS membuat dolar AS menguat dan harga obligasi turun," terang David dalam risetnya, Jumat (7/10). Sementara, IHSG bergerak fluktuatif pada perdagangan kemarin dan berakhir ditutup melemah ke level 5.409 atau terkoreksi 11,3 poin (0.21 persen).

Perdagangan kemarin lebih didominasi saham-saham lapis dua dan tiga. Sementara, aksi beli terutama melanda saham sektor tambang batubara, sedangkan saham-saham unggulan cenderung koreksi. "Koreksi IHSG kemarin tidak sejalan dengan pergerakan bursa kawasan Asia yang umumnya bergerak di teritori positif," imbuh David.

Pada perdagangan hari ini, David memprediksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.380 dan resisten 5.450 dengan peluang berbalik menguat (rebound) terbatas. "Pelemahan rupiah diprediksi terjadi, sehingga IHSG akan bergerak dalam rentang konsolidasi," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada memprediksi jika IHSG tak dapat bertahan pada level 5.400 maka IHSG akan tertekan hari ini. Selain itu, IHSG juga bergantung pada kembalinya aksi beli pelaku pasar hari ini. "Pergerakan IHSG membuka peluang pelemahan lanjutan jika gagal bertahan di area 5.400 serta tidak diiringi oleh kembalinya aksi beli dan berbagai sentimen yang kurang positif," ungkap Reza dalam risetnya.

Dolar AS menguat pada perdagangan Kamis (6/10) terhadap sekeranjang mata uang, mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari dua bulan dan menekan harga emas. Pasalnya, optimisme data tenaga kerja yang kuat memberikan dukungan kenaikan suku bunga AS, yang mungkin terjadi akhir tahun ini.

Sementara, indeks saham acuan S&P 500 berakhir nyaris lebih tinggi saat imbal hasiltreasury AS naik ke level tertinggi dalam tiga minggu karena investor memasang posisi jelang laporan tenaga kerja AS yang akan dirilis pada hari Jumat. Seperti dilansir dari Reuters, data awal pada Kamis menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu, mendekati level terendah dalam 43 tahun.

Adapun harga minyak terus menanjak, dan menembus level US$50 per barel, didorong oleh pertemuan informal antara produsen terbesar di dunia untuk menurunkan produksinya dan anjloknya persediaan minyak mentah AS. Nilai tukar dolar AS naik ke angka tertinggi terhadap yen dalam sebulan, dan menguat terhadap poundsterling dalam tiga dekade, di tengah kekhawatiran keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Terhadap sekeranjang mata uang, mata uang Negeri Paman Sam itu naik 0,6 persen.

Data pekerjaan AS yang kuat bisa memastikan ekspektasi kenaikan suku oleh bank sentral AS (Federal Reserve) akhir tahun ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan nonfarm payrolls AS naik 175 ribu. Menurut CME FedWatch, pelaku pasar bertaruh 64 persen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember, naik sedikit dari hari sebelumnya.

"Jika Anda melihat data ekonomi selama sebulan terakhir, cukup banyak yang lebih baik. Dan dalam beberapa hal lebih baik dari ekspektasi. Semua data tampaknya akan mendorong The Fed untuk bergerak," kata Walter Todd, kepala investasi Greenwood Capital Associates.

Di pasar saham AS, indeks Dow Jones Industrial Average turun 12,53 poin atau 0,07 persen ke level 18.268,5 dan indeks S&P 500 naik 1,04 poin atau 0,05 persen ke 2.160,77. Sementara indeks Nasdaq Composite turun 9,17 poin atau 0,17 persen ke level 5.306,85. Saham Apple menguat, didukung oleh optimisme tentang iPhone, berbeda dengan saham Wal-Mart Stores, yang terkena imbas ekspektasi kinerja keuangan buruk.

Harga minyak Brent ditutup naik 1,3 persen pada US$52,51 per barel. Sementara harga minyak WTI ditutup naik 1,2 persen pada ke US$50,44 per barel, melampaui US$50 untuk pertama kalinya sejak Juni. "Fakta bahwa harga minyak mentah berada di sekitar US$50 saya pikir adalah positif untuk pasar saham. Itu mungkin konfirmasi lain yang memberikan nada positif terhadap aktivitas ekonomi masa depan," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

No comments:

Post a Comment