Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku telah memanggil manajemen Deutsche Bank AG yang beroperasi di Indonesia pekan lalu guna mendapatkan penjelasan atas kasus penalti yang berpotensi mengganggu kinerja keuangan bank asal Jerman tersebut. Department of Justice Amerika Serikat (DoJ AS) sebelumnya menuntut Deutsche Bank membayar denda sebesar US$14 miliar atas kasus mortgage-backed securities yang harus dilunasi sebelum masa pemilu Presiden AS berakhir.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan sebagai bank pemain global, kasus yang menimpa Deutsche Bank di negara Barrack Obama bisa berdampak sistemik terhadap kantor cabangnya yang tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Untuk diketahui, guna menyanggupi pembayaran denda tersebut Deutsche Bank pun harus melakukan efisiensi besar-besaran. Salah satunya dengan memangkas 4 ribu karyawannya di Jerman.
"Tentu saja kita pesan kepada mereka (Deutsche Bank) itu harus diselesaikan dan dijelaskan agar kemudian tidak muncul spekulasi, pada dasarnya mereka sudah ketemu kita (OJK) dan mereka bilang masih akan bernegosiasi dengan DoJ berapa mereka sanggup membayar," ujar Muliaman di kantornya, Selasa (18/10).
Muliaman mengatakan OJK akan memantau khusus perkembangan kasus yang menimpa Deutsche Bank dan berharap kasus tersebut tidak akan menular terhadap lini bisnisnya di Indonesia. Ia menilai dari segi syarat likuiditas Deutsche Bank AG telah memenuhi ketentuan minimum modal bagi bank asing. Sebagai salah satu Kantor Cabang Bank Asing (KCBA), Deutsche Bank diwajibkan memenuhi ketentuan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA).
CEMA merupakan alokasi dana usaha kantor cabang bank asing dari perusahaan induk yang wajib ditempatkan pada aset keuangan dalam jumlah tertentu. Dalam Surat Edaran OJK Nomor 26/SEOJK.03/2016, OJK menetapkan CEMA minimum 8 persen dari total kewajiban bank asing setiap bulannya dan paling sedikit Rp1 triliun. CEMA itu seperti komitmen induk usaha untuk mem-back up anak usahanya di Indonesia, dan Deutsche Bank yang di sini sudah jauh di atas ketentuan itu," ujar Muliaman.
Di Indonesia, Deutsche Bank telah beroperasi sejak 1969. Bank ini memiliki cabang di Jakarta dan Surabaya dengan mempekerjakan sekitar lebih dari 300 orang staf profesional. Bank tersebut menawarkan berbagai produk dan jasa keuangan untuk perusahaan maupun institusi, pihak swasta, maupun pemerintahan. Jasa yang ditawarkan meliputi penjualan, perdagangan, penelitian dan penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi, produk manajemen risiko, serta perbankan transaksi.
Selain di Indonesia, Deutsche Bank mempekerjakan lebih dari 100 ribu orang pegawai di lebih dari 70 negara di dunia yang beberapa diantaranya merupakan pusat keuangan dunia, seperti Frankfurt, London, New York, Paris, Madrid, Amsterdam dan lain-lain. Bank Indonesia ikut memantau perkembangan krisis keuangan yang menimpa bank perkreditan terbesar di Jerman, Deutsche Bank AG. Bank sentral juga mewaspadai imbas negatif yang mungkin merembet ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di sela acara Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) ke-3, Kamis malam (27/10). Menurut Mirza, Deutsche Bank merupakan salah satu bank terbesar di dunia sehingga masalah keuangan yang melandanya dapat berdampak ke sistem keuangan global. "Iya jadi concern dong. Bank-nya gede gitu," kata Mirza.
Department of Justice Amerika Serikat (DoJ AS) sebelumnya menuntut Deutsche Bank membayar denda sebesar US$14 miliar sebelum atas kasus penjualan efek beragun aset properti (mortgage-backed securities) yang turut menyebabkan krisis keuangan di AS pada 2008. Untuk membayar pinalti tersebut, Deutsche Bank pun melakukan efisiensi besar-besaran. Salah satunya dengan memangkas 4 ribu karyawannya di Jerman.
Kasusnya kemudian melebar hingga menjerat enam manajer Deutsche Bank ke penjara pada awal Oktober 2016, karena terlibat fraud transaksi derivatif yang melibatkan bank tertua di Italia, Banca Monte dei Paschi. Mirza menerangkan, kondisi keuangan Deutsche Bank saat ini sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisinya beberapa pekan lalu. Pembalikan positif harga saham Deutsche Bank di bursa Eropa dinilai Mirza sebagai indikator perbaikan kondisi keuangan bank asal Jerman itu.
"Kondisi Deutsche Bank pada tanggal 10 Oktober waktu diberitain itu dengan sekarang sudah berbeda. Paling gampang kalian lihat harga sahamnya di pasar Eropa. Kan sudah rebound," tuturnya. Dia pun menyambut baik rencana Deutsche Bank menjual anak perusahaannya untuk membayar denda. Menurutnya, itu merupakan langkah yang tepat untuk mendapatkan dana segar guna menutup sebagian kewajibannya ke Pemerintah AS.
"Kalau (anak usahanya) dijual kan malah dapat dana. Bagus dong," tandas Mirza. Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diam-diam melakukan kajian mengenai potensi dampak kasus Deutsche Bank AG terhadap sistem keuangan Indonesia. "Perlu dicermati lebih lanjut dampak temporer di pasar modal jika aktivitas bisnis Deutsche Bank terganggu," tulis Ojk seperti dikutip dari salinan hasil risetnya.
Menurut OJK, Deutsche Bank memiliki peranan yang cukup besar di pasar keuangan Indonesia, khususnya di pasar modal. Pasalnya, bank Jerman tersbut menguasai pangsa 42 persen dari seluruh kelolaan kustodian di negeri ini. Tak hanya itu, jumlah saham yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) atas nama Deutsche Bank dan kliennya tercatat berjumlah 24,5 persen dari kapitalisasi pasar.
Sementara di pasar primer Surat Berharga Negara (SBN), OJK mencatat bahwa Deutsche Bank rata-rata memenangkan lelang sebesar Rp1 triliun atau 6,5 persen dari rata-rata hasil lelang. karenanya, OJK mengaku telah memanggil manajemen Deutsche Bank yang beroperasi di Indonesia guna mendapatkan penjelasan atas kasus penalti yang berpotensi mengganggu kinerja keuangan bank tersebut.
Di Indonesia, Deutsche Bank telah beroperasi sejak 1969. Bank ini memiliki cabang di Jakarta dan Surabaya dengan mempekerjakan sekitar lebih dari 300 orang staf profesional. Bank tersebut menawarkan berbagai produk dan jasa keuangan untuk perusahaan maupun institusi, pihak swasta, maupun pemerintahan. Jasa yang ditawarkan meliputi penjualan, perdagangan, penelitian dan penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi, produk manajemen risiko, serta perbankan transaksi.
Bank raksasa asal Jerman, Deutsche Bank dikabarkan tengah melakukan moratorium terhadap perekrutan pegawai baru di seluruh dunia guna menekan biaya operasional. Dilansir dari kantor berita Reuters, seorang sumber yang dekat dengan manajemen bank mengatakan Deutsche Bank tengah berusaha mendapatkan kepercayaan kembali dari para investor. Pasalnya kinerja keuangan bank tersebut sempat terjun bebas akibat tekanan yang dialami sejak pertengahan September lalu.
Otoritas di Amerika Serikat (AS) meminta bank ini membayar US$14 miliar karena kasus mortgage back securities. Sejak saat itu, Deutsche Bank tersebut terus meyakinkan investor dan karyawan, bahwa kondisi keuangannya kuat untuk menahan denda yang dikenakan.
Pekan lalu manajemen Deutsche Bank juga telah mengumumkan rencana pemangkasan karyawan sebanyak 1.000 karyawannya di Jerman. Menambah jumlah pekerja yang dirumahkan dari sebelumnya 3 ribu orang, yang diumumkan Juni lalu. Hingga akhir Juni tercatat Deutsche Bank memiliki 101.307 karyawan di Jerman.
"Kami secara konsisten terus mengimplementasikan strategi untuk membuat bank ini makin efisien. Kami menjanjikan, pengurangan karyawan akan dilakukan dengan cara-cara yang bertanggung jawab dan baik," kata Anggota Dewan Manajemen Deutsche Bank, Karl von Rohr, pekan lalu. Sebagai bagian dari upaya efisiensi tersebut, Deutsche Bank pada bulan September juga menyatakan telah setuju menjual anak usahanya, Abbey Life yang bergerak dalam bisnis asuransi jiwa dan dana pensiun dengan taksiran harga US$1,1 miliar.
Direktur International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde pun menyebut apa yang dilakukan oleh Deutsche Bank akan memberikan dampak sistemik terhadap sistem keuangan dunia. Tahun lalu, kondisi pasar keuangan dunia yang bergejolak telah memaksa Deutsche Bank menutup tahun dengan kejatuhan harga saham sebesar 50 persen karena serangkaian laporan keuangan yang buruk. Kamis kemarin, saham Deutsche Bank ditutup jatuh 3 persen di bursa saham Jerman.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat waswas terkait imbas dari kasus kecurangan (fraud) yang menyeret salah satu bank terbesar di dunia, Deutsche Bank AG. Pasalnya, bank tersebut cukup berkuasa di pasar modal Indonesia. Untuk diketahui, pada awal bulan Oktober 2016, enam manajer Deutsche Bank ditahan karena terkait fraud transaksi derivatif yang melibatkan bank tertua di Italia, Banca Monte dei Paschi.
Berdasarkan paparan presentasi internal OJK, Deutsche Bank diketahui memiliki peranan cukup besar di pasar keuangan Indonesia, khususnya di pasar modal. “Deutsche Bank menguasai pangsa 42 persen dari seluruh kelolaan kustodian di Indonesia,” ungkap OJK dalam presentasi tersebut. Lebih lanjut, jumlah saham yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) atas nama Deutsche Bank dan kliennya berjumlah 24,5 persen dari kapitalisasi pasar.
Sementara di pasar primer Surat Berharga Negara (SBN), OJK mencatat bahwa Deutsche Bank rata-rata memenangkan lelang sebesar Rp1 triliun atau 6,5 persen dari rata-rata hasil lelang. “Perlu dicermati lebih lanjut dampak temporer di pasar modal jika aktivitas bisnis Deutsche Bank terganggu,” papar OJK. Sebelumnya, OJK mengaku telah memanggil manajemen Deutsche Bank yang beroperasi di Indonesia guna mendapatkan penjelasan atas kasus penalti yang berpotensi mengganggu kinerja keuangan bank asal Jerman tersebut.
Department of Justice Amerika Serikat (DoJ AS) sebelumnya menuntut Deutsche Bank membayar denda sebesar US$14 miliar atas kasus mortgage-backed securities yang harus dilunasi sebelum masa pemilu Presiden AS berakhir. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan sebagai bank pemain global, kasus yang menimpa Deutsche Bank di negara Barrack Obama bisa berdampak sistemik terhadap kantor cabangnya yang tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Untuk diketahui, guna menyanggupi pembayaran denda tersebut Deutsche Bank pun harus melakukan efisiensi besar-besaran. Salah satunya dengan memangkas 4 ribu karyawannya di Jerman. "Tentu saja kami pesan kepada mereka (Deutsche Bank) itu harus diselesaikan dan dijelaskan agar kemudian tidak muncul spekulasi, pada dasarnya mereka sudah ketemu kami (OJK) dan mereka bilang masih akan bernegosiasi dengan DoJ berapa mereka sanggup membayar," ujar Muliaman di kantornya, Selasa (18/10).
Di Indonesia, Deutsche Bank telah beroperasi sejak 1969. Bank ini memiliki cabang di Jakarta dan Surabaya dengan mempekerjakan sekitar lebih dari 300 orang staf profesional. Bank tersebut menawarkan berbagai produk dan jasa keuangan untuk perusahaan maupun institusi, pihak swasta, maupun pemerintahan. Jasa yang ditawarkan meliputi penjualan, perdagangan, penelitian dan penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi, produk manajemen risiko, serta perbankan transaksi.
No comments:
Post a Comment