PT Bank Central Asia (BCA) Tbk hanya mencatatkan pertumbuhan kredit di bawah 5 persen pada kuartal III 2016, turun dibandingkan dengan pertumbuhan Juli-September tahun lalu yang sebesar 9,6 persen. Direktur BCA Suwignyo Budiman mengatakan, melemahnya penyaluran kredit bank milik Grup Djarum ini tak lepas dari imbas perlambatan ekonomi.
"Pertumbuhan kredit (kuartal III) di bawah 5 persen, memang agak lemah terutama korporasi komersial dan ritel tapi consumer masih naik," ujar Suwignyo di gedung Bank Indonesia, Kamis (6/10). Kondisi ini, kata Suwignyo, menunjukan masih belum pulihnya sektor riil, terutama yang berkaitan langsung dengan sektor komoditas. Terlebih, BCA juga harus menghadapi risiko kredit bermasalah yang berpotensi memberikan tekanan terhadap profitabilitas perseroan hingga akhir tahun.
Meski begitu, ia mengatakan perseroan akan mengoptimalkan lini bisnis dan segmen kredit yang berpotensi tumbuh. Hingga akhir tahun BCA masih mematok target pertumbuhan kredit hingga 8 persen. "Saya tidak tahu, ini masih ada tiga bulan lagi untuk mengejar target, biasanya ini akan naik. Tapi rasanya masih di bawah 10 persen karena yang kita harapkan naik tapi demand-nya masih kurang," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung telah meramalkan pelemahan permintaan kredit hingga akhir tahun ini. Indikatornya adalah pertumbuhan kredit bank umum yang hanya sekitar 6 persen hingga September, meneruskan perlambatan yang terjadi pada bulan sebelumnya (6,7 persen).
"Kayanya masih dalam angka sekitar 6 persen. Belum ada peningkatan signifikan, ya mudah-mudahan kan ada faktor yang positif terutama tax amnesty," ujar Juda. Secara keseluruhan, bank sentral memprediksi pertumbuhan kredit bank umum pada tahun ini akan dipengaruhi oleh dua sentimen, yakni kebijakan pengampunan pajak dan pelonggaran kebijakan moneter melalui rasio Loan to Value (LTV).
Juda memperkirakan pelonggaran LTV secara bertahap akan mulai dirasakan dalam kurun waktu dua bulan setelah peraturan secara sah diterbitkan. "Suku bunga kan juga terus turun, ini mudah-mudahan mendorong kembali pertumbuhan kredit di 7-9 persen tahun ini," jelas Juda.
Rencana Bank Indonesia (BI) memangkas batas bunga kartu kredit diyakini akan mendongkrak kemampuan nasabah dalam membayar cicilan tagihan kartu kredit. Tidak cuma itu, batas maksimum bunga kartu kredit juga akan mendorong penggunaan transaksi non tunai. Santoso, Direktur BCA mengakui hal tersebut. Batas maksimum bunga kartu kredit yang digadang-gadang bank sentral menjadi 2,4 persen per bulan dari sebelumnya 2,95 persen memberikan keleluasan bagi nasabah untuk memperoleh pembiayaan melalui kartu kredit.
Apalagi, 60-70 persen dari total nasabah kartu kredit umumnya berkarakter sebagairevolver atau tipe pemegang kartu kredit yang mempertahankan tagihannya dengan hanya membayar tagihan minimum. Sedangkan sisanya merupakan transactor ataufreeloader yang membayar seluruh tagihannya.
"Saat ini, pemerintah ingin menggalakkan bunga kredit yang semakin rendah. Tentu ini memberikan keleluasaan bagi nasabah untuk mendapatkan pembiayaan dari kartu kredit, mungkin itu juga dasarnya kenapa bunganya diturunkan," ujarnya, Selasa (27/9). Menurut Santoso, upaya bank sentral menurunkan batas maksimal bunga kartu kredit mampu menekan potensi risiko dan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) untuk segmen konsumer.
Namun, di sisi lain, Santoso memprediksi, nasabah dengan kategori revolver juga bisa turun menjadi 30 persen. Padahal, nasabah revolver ini menjadi penyumbang pendapatan bunga. Makanya, sebagai akibatnya, pendapatan yang diperoleh bank berpotensi turun seiring dengan penurunan bunga kredit.
"Tentu berdampak. Apalagi, bank-bank kecil yang nasabah revolver-nya banyak sekali," tutur Santoso. BCA sendiri membukukan outstanding kartu kredit sebesar Rp9,9 triliun per Juni 2016. Raihan ini tercatat tumbuh 6 persen dari periode yang sama tahun lalunya. Pertumbuhan serupa juga terjadi pada nilai transaksi kartu kreditnya menjadi Rp26 triliun atau naik 6 persen.
Beruntungnya, kenaikan outstanding dan nilai transaksi BCA diimbangi dengan kualitas kredit dan rasio NPL sebesar 1,9 persen. Bank swasta nomor wahid ini mengklaim menguasai pangsa pasar di industri kartu kredit sebesar 18,6 persen
No comments:
Post a Comment