Friday, September 23, 2016

4 Strategi Fokus Dibalik Pergantian Nama AlfaOnline Jadi AlfaCart

Situs web AlfaOnline mengubah nama mereknya menjadi Alfacart.com pada Senin (30/5) dengan target menjadi pemain besar dalam bisnis perdagangan elektronik (e-commerce), dan bakal memanfaatkan jaringan 7.000 toko ritel Alfamart di seluruh Indonesia.

Perusahaan mengatakan bakal fokus ke empat kategori produk dalam bisnisnya, yaitu fesyen, gadget dan elektronik, kebutuhan pokok harian, serta gaya hidup. CEO Alfacart.com Catherine Hindra Sutjahyo optimistis, bisa menjadi jaringan e-commerce terbesar berkat dukungan dari toko Alfamart, yang merupakan induk usaha mereka.

"Kami bertekad, inovasi dan kemudahan dalam pembayaran, pengantaran barang dan pengambilan barang yang kami hadirkan, serta komitmen kami yang tinggi dalam berkolaborasi dengan para mitra bisnis, akan mampu meningkatkan gairah perniagaan digital yang berdampak pada semakin tumbuhnya bisnis e-Dagang di Indonesia,” ujar Catherine dalam siaran pers.

Salah satu fitur andalan yang ditawarkan Alfacart adalah fasilitas pembayaran belanja online bayar offline, atau populer disebut online to offline (O2O). Fitur ini mengincar konsumen yang belum memiliki rekening bank, kartu debit dan kartu kredit.

Mengutip data World Bank, sebanyak 63,7 persen masyarakat Indonesia berusia 25 tahun ke atas di Indonesia, tidak memiliki rekening bank. Alfacart hendak memecahkan masalah itu dengan fitur O2O karena mereka mengincar konsumen dengan rentang usia 25 sampai 35 tahun.

"Setelah memilih dan memesan barang yang hendak dibeli secara online di www.alfacart.com atau aplikasi mobile yang telah diunduh di smartphone atau tablet, mereka dapat melakukan pembayaran secara tunai melalui layanan Cash-on- Delivery (COD) atau membayar langsung di kasir toko Alfamart yang dikehendaki,” ujar Catherine.

Selain itu, perusahaan yang berdiri pada Februari 2013 ini juga menyediakan metode pembayaran Indosat Dompetku, kartu kredit (Matercard, Visa, JCB), Mandiri Clickpay, BCAklikpay, DOKU, XL Tunai, dan Telkomsel T-cash.

Catherine pun meyakini industri e-commerce akan memberi kontribusi besar untuk perekonomian nasional di masa depan, kendati saat ini sumbangan e-commerce di Indonesia untuk penjualan ritel masih sekitar 1 persen, mengutip riset AT Kearny. Optimisme Catherine juga didukung oleh data Google dan TNS Research, yang memprediksi jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia pada 2017 akan mencapai 74,9 juta.

Perusahaan ritel Alfamart telah membangun situs web perdagangan elektronik dengan nama Alfaonline. Tetapi perusahaan tak puas dengan itu karena berencana membangun model bisnis lain. Direktur Teknologi Informasi Alfamart, Hirawan Setiadi, menggarisbawahi pihaknya tak hanya mentok dengan produk Alfaonline. “Kami juga sedang menjajaki untuk membangun marketplace,” kata Himawan usai jumpa pers kerja sama XL-Alfamart di Jakarta, Senin (7/3).

Himawan belum bisa memastikan kapan situs Alfamart untuk markeplace itu bakal dirilis ke publik dan ia belum mau bicara banyak detail soal itu. Marketplace merupakan model bisnis perdagangan elektronik (e-commerce) yang memungkinkan pengguna menjual barang dan pembeli memesan barang di platform itu. Platform e-commerce memfasilitasi pemesanan, transaksi, sampai pengiriman.

Saat ini Alfamart sedang memperkuat bisnisnya dari sisi infrastruktur, termasuk infrastruktur teknologi informasi yang bakal dimanfaatkan untuk platform e-commerce. Dari total belanja modal perusahaan selama 2015 sampai 2017, sebanyak 20 persen dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur teknologi informasi.

Karena tingginya permintaan pasar, terkadang ada oknum penjual di situs e-commerce yang berani menjual barang dagangnya secara illegal aliasblack market (BM). Namun hal ini tak berlaku bagi toko online Alfacart. Walupun terbilang pemain baru di sektor ekonomi digital Tanah Air, Alfacart tak ingin melakukan strategi serupa.

Meski bisa dibilang "Alfamart versi online", namun di dalam situs dan aplikasi mobile Alfacart menyuguhkan berbagai kategori penawaran seperti fesyen, gadget, alat elektronik, makanan, hingga gaya hidup. Semuanya adalah hasil kerjasama Alfacart dengan ratusan distributor dan supplier.

Chief Operating Officer merangkap CMO Alfacart Haryo Suryo Putro menyatakan, perusahaan sudah pasti mengikuti aturan pemerintah dalam hal distribusi barang legal.  "Terkait distributor yang nakal terhadap legalitas produknya, kami sangat berupaya untuk mencegah hal itu sampai terjadi," ucapnya kepada sejumlah awak media di Jakarta. Ia menjelaskan, layaknya perusahaan e-commerce lainnya, Alfacart menerapkan QC alias quality control terhadap produk-produk yang hendak dijual ke masyarakat.

"Sangat penting sifatnya untuk menyortir barang dagangan dan mengeceknya secara detil. Selain itu kami juga ada tim surveyor yang tugasnya mengukur kelayakan barang dagangan itu," sambung Haryo. Langkah pencegahan seperti itu memang sudah lazim diterapkan. Namun bukan tidak mungkin apabila barang BM masih bisa lolos pengecekan dan berhasil dijual secara terbuka. Parahnya lagi, bagaimana jika sudah sampai ke tangan konsumen yang membelinya.

"Perhatian dan kepuasan pelanggan itu prioritas kami. Jadi kalau misal mereka mengecek kode postel atau hal lain yang membuktikan bahwa barang itu tidak legal dan melaporkan ke kami, ya si merchant bisa kami putus hubungan kemitraannya. Langsung kami tutup," ujar Haryo.

Tak hanya itu, Haryo juga menjanjikan adanya sistem retur dan refund pembelian kepada setiap pengguna yang mengalami insiden seperti itu. Semuanya bisa dilakukan di Alfamart terdekat. Hal ini diakuinya merupakan langkah yang mempermudah pelayanan konsumen agar tidak menunggu lama terhadap prosesnya.

Sekadar diketahui Jaringan Alfamart yang mendukung layanan Alfacart tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Yogyakarta, dan Bali. Khusus Ramadan, Alfacart menyediakan layanan spesial yang bertajuk "Beli di Kota, Ambil di Kampung Halaman". Momentum lebaran dan tradisi pulang kampung yang dilakukan masyarakat ingin dibikin seefisien dan seaman mungkin oleh Alfacart.

Cara kerjanya seperti belanja online pada umumnya, namun Alfacart dikenal lebih populer dengan sistem O2O, yakni online to offline, di mana pengguna melakukan pemesanan di situs web atau aplikasi mobilenya lalu membayar secara tunai di tempat dengan metode COD (cash on delivery) atau bayar langsung di kasir Alfamart. Untuk pengambilan barang belanjaan, Alfacart menerapkan metode pick up point alias mengambil langsung di jaringan Alfamart terdekat di kampung halaman masing-masing.

No comments:

Post a Comment