Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan Fed Fund Rate atau suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) sebesar 0,25 persen di penghujung tahun nanti. "Dari pantauan kami tahun ini suku bunga AS atau Fed Fund Rate itu naik kurang lebih 25 basis poin atau 0,25 persen," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo saat memberikan kuliah umum di Lembanga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).
Perry mengatakan, kemungkinan suku bunga Fed akan naik satu kali tahun ini, antara bulan November atau Desember 2016. Kenaikan tersebut, kata dia, terlihat dari beberapa probabilitas kenaikannya yang memang lebih besar. Sementara, untuk tahun 2017, bank sentral mengasumsikan kenaikan suku bunga Fed sekitar dua kali dengan kemungkinan maksimal naik hingga tiga kali.
"Tahun depan, naik kurang lebih 50 basis poin sampai dengan 75 basis poin atau 0,5-0,75 persen," terang dia. Perry meramalkan, berbagai spekulasi naik tidaknya suku bunga Fed dalam beberapa waktu terakhir didorong oleh melemahnya investasi di Amerika Serikat sebagai daya dorong ekonomi dibandingkan tahun 2013-2014.
"Ternyata, di AS sendiri, investasi sebagai daya dukung pertumbuhan yang mulai kelihatan (menguat) di 2013-2014, beberapa tahun terakhir kekuatan investasi suaka sebagai daya dorong ekonomi tidak sekencang yang diperkirakan. Sehingga, itu juga yang mengakibatkan Fed Fund Rate jadi maju-mundur, menimbulkan suatu ketidakpastian," imbuh Perry.
Ketidakpastian naiknya suku bunga Fed belakangan ini juga membuat ketidakpastian di pasar keuangan global yang berdampak pada aliran modal keluar dari Indonesia. Ia memperingatkan, Indonesia harus tetap waspada dalam kondisi ketidakpastian tersebut.
Jumlah lowongan tenaga kerja dan angka upah di AS naik lebih dari yang diharapkan untuk bulan kedua berturut-turut pada Juli, memperkuat ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, dan meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, angka non-farm payrolls naik 255 ribu pekerjaan setelah meningkat 292 ribu pada bulan Juni, dengan mempekerjakan di seluruh sektor ekonomi. Selain itu, 18 ribu lebih pekerjaan diciptakan pada Mei dan Juni dari yang dilaporkan sebelumnya.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan jumlah pekerjaan meningkat 180.000 pada bulan Juli dan tingkat pengangguran mencelupkan sepersepuluh persentase poin menjadi 4,8 persen. Namun, tingkat pengangguran tidak berubah pada 4,9 persen karena lebih banyak orang memasuki pasar tenaga kerja.
Menyoroti kekuatan pasar kerja, rata-rata penghasilan per jam meningkat sehat delapan sen dan naik 2,6 persen secara tahunan, sementara pekerja bekerja lebih lama. "Laporan pekerjaan Juli adalah segala sesuatu yang Anda bisa minta dan banyak lagi. Asalkan kekuatan dalam data pekerjaan dikonfirmasi dengan data ekonomi lainnya, The Fed akan memiliki alasan yang cukup untuk menaikkan (suku bunga) tahun ini," kata Michelle Meyer, ekonom senior Bank of America Merrill Lynch di New York.
Indeks dolar AS menguat terhadap mata uang utama setelah data tersebut, sementara imbal hasil naik pada surat utang pemerintah AS karena para pedagang menggenjot produksinya, bertaruh untuk kenaikan suku bunga The Fed. Indeks saham AS mencatatkan hari terbaik mereka dalam satu bulan pada hari Jumat lalu, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi.
Tanda-tanda kekuatan pasar tenaga kerja, khususnya kenaikan pertumbuhan upah, bisa menjadi faktor dalam pemilihan presiden AS pada November, mengingat sikap frustrasi para pemilih dengan ekspansi ekonomi yang telah meninggalkan banyak orang Amerika di belakang.
AS presiden dari Partai Republik calon Donald Trump berencana untuk memaparkan visi ekonomi dalam pidato pada hari Senin
No comments:
Post a Comment