Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal masuk ke Indonesia sejak awal tahun hingga akhir minggu pertama September 2016 mencapai sekitar Rp153 triliun. Angka ini lebih dari tiga kali lipat jumlah aliran modal masuk pada periode yang sama tahun lalu, Rp41 triliun.
“Hal ini menunjukkan dana yang masuk ke Indonesia cukup besar,” tutur Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo saat ditemui di kompleks BI, Jumat (9/9). Masifnya aliran modal yang masuk menurut Agus merupakan sentimen positif bagi perekonomian Indonesia, yang masih bisa tumbuh di atas 5 persen di tengah perlambatan ekonomi global.
Ke depan, kata Agus, Indonesia masih harus menghadapi risiko kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR). Kenaikan suku bunga AS diyakini bakal memicu pelarian modal ke negara-negara maju yang dianggap aman (safe haven) dan berkualitas (flight to quality).
Akhir bulan lalu, Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve) Janet Yellen memberikan sinyal kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini. Pasca pernyataan Yellen, BI mencatat aliran modal keluar sebesar Rp7 triliun dalam tiga hari.
Saat ini, jelas Agus, kekhawatiran akan kenaikan FFR kembali mereda. Pasalnya, data ketenagakerjaan AS terakhir tidak sebaik yang diharapkan dan harga minyak diperkirakan akan naik seiring dengan upaya Iran dan Rusia yang ingin mengajak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk melakukan stabilisasi harga minyak.
Banjirnya aliran modal masuk juga memperkuat kurs rupiah terhadap dolar AS. Dikutip dari Reuters, perdagangan rupiah hari ini ditutup di level Rp13.109 per dolar AS di pasar valuta asing, terapresiasi dari posisi awal tahun Rp13.800 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment