Wednesday, October 20, 2010

Momentum Masuknya Dana Asing Dapat Dijadikan Alasan Penurunan Suku Bunga

Saat ini arus modal jangka pendek yang masuk ke Indonesia relatif deras, dan apresiasi rupiah relatif tinggi di antara mata uang lain. Seharusnya, momentum ini dapat dimanfaatkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga akan menggerakkan sektor riil.

Pendapat itu disampaikan Dradjad Wibowo dari Sustainable Development Indonesia di Jakarta, Senin (18/10). ”Tingginya lending rate (bunga pinjaman) merupakan salah satu biaya tinggi Indonesia. Ini menjadi faktor penekan daya saing Indonesia,” kata dia.

Saat ini menurut Bank Dunia, suku bunga kredit di Indonesia 13,6 persen, suku bunga simpanan 8,5 persen, dan rentang suku bunga 5,1 persen. Di China, suku bunga kredit 5,3 persen, suku bunga simpanan 2,3 persen, dan rentang suku bunga 3,1 persen

Selain dari selisih bunga, kata Dradjad, keuntungan kompetitif China daripada Indonesia didapat dari kurs. Ini karena rupiah menguat sekitar 5 persen lebih tinggi ketimbang yuan China.

Oleh karena itu, bertahap BI perlu menurunkan BI Rate (suku bunga acuan), termasuk suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kementerian Keuangan juga perlu menurunkan imbal hasil Surat Berharga Negara.

Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara, suku bunga yang rendah belum tentu menaikkan perekonomian. Jepang, misalnya, suku bunganya kurang dari 1 persen. ”Tapi, ekonominya tidak juga bergerak naik,” kata dia.

No comments:

Post a Comment