Bisnis ojek kini tak hanya diminati pengusaha lokal. Arthur Benjamin, seorang pengusaha asal Amerika Serikat, sudah menyatakan berkomitmen untuk berinvestasi dalam bisnis ini. "Dia sudah komitmen investasi di bisnis kami karena dia percaya pada idenya," kata Chief Executive Officer Go-jek, Nadiem Makarim, akhir pekan lalu di Nusa Dua, Bali.
Go-jek adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyediaan layanan transportasi ojek. Layanan berupa bantuan teknologi dan call center untuk pemesanan moda transportasi tersebut. Perusahaan ini sudah memiliki sekitar 200 mitra ojek. Mereka berharap mitranya akan bertambah hingga 400 unit ojek.
Nadiem mengatakan dana yang akan dikucurkan oleh investor Amerika tersebut jumlahnya masih kecil. Dia enggan menyebutkan jumlahnya ataupun investasi yang sebenarnya dibutuhkan Go-jek. Namun, menurut Chairman Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI), Chris Kanter, biasanya bantuan dari investor Amerika kepada wirausahawan baru minimal sekitar US$ 25 ribu.
Akhir pekan lalu ide Nadiem memberi layanan ojek ini mendapat penghargaan pada acara Regional Entrepreneurship Summit dari GEPI. Dari 16 wirausahawan bidang nonteknologi, Go-jek dinilai menjadi yang terbaik.
Menurut Kanter, dari 32 wirausahawan, banyak di antaranya yang meminta dana tidak cukup besar, sekitar US$ 50 ribu. Artinya, para usahawan pemula ini menghitung kebutuhannya secara presisi. "Padahal, dia bisa saja dengan gampang mengajukan US$ 10 ribu, tapi ternyata yang diminta hanya US$ 5.370," ujarnya.
No comments:
Post a Comment