Wednesday, July 27, 2011

Mendulang Untung Besar Dari Bisnis Oleochemical Dibulan Ramadhan

Bisnis oleochemical yang merupakan produk turunan inti sawit (palm kernel) dinilai cukup menguntungkan. Makanya, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) keukeh merogoh koceknya hingga triliunan rupiah guna mengembangkan varian baru tersebut.

Tak tanggung-tanggung, UNSP memercayakan anak usahanya, PT Nibung Arthamulia (NA), untuk mengelola bisnis oleokimia. Namun, UNSP mengalihkan seluruh aset NA yang selama ini bergerak di bidang pengelolaan karet kepada PT Julang Oce Permana (JOP), yang berkonsentrasi pada sektor pengolahan karet.

UNSP menyebut pengalihan aset sebagai langkah strategis yang dilakukan. Sebab, pengalihan ini dapat meningkatkan volume pengolahan karet JOP, sekaligus UNSP tidak bakal kehilangan produksi karetnya.

Riset MNC securities mengungkapkan bisnis oleokimia milik UNSP ternyata sudah memberikan kontribusi kepada penjualan perseroan walau belum signifikan. Terbukti, penjualan bersih UNSP pada kuartal I naik 106,52% menjadi Rp1,14 triliun. Artinya, laba bersih pun melonjak hingga 2,5 kali lipat, atau Rp231,34 miliar.

"Tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan bisnis oleokimia dapat memberikan kontribusi positif hingga 20%, dibandingkan tahun lalu 1% dari total pendapatannya," demikian riset MNC yang dipublikasikan 1 Juli 2011.

Tentunya, pengembangan produk oleokimia ini membutuhkan dana yang cukup besar, di mana belanja modal untuk industri terbarunya itu mencapai US$40 juta, dari total belanja modal 2011 senilai US$50 juta.

Bahkan, UNSP juga telah mengekspor oleokimianya ke empat negara dengan kuantitas fatty acid dan glycerine masing-masing 500 ton dan 200 ton pada 8 Desember 2010 silam. Produksi secara komersial terdapat di Tanjung Morawa dan Kuala Tanjung.

Secara umum, kinerja perseroan diprediksi mengalami peningkatan, terutama karena akuisisi perusahaan di 2010 lalu mulai menunjukkan kinerjanya. Namun, UNSP harus mencermati utang yang jatuh tempo pada tahun ini.

"Kami percaya pertumbuhan penjualan bisa naik 50% untuk kuartal dua tahun ini karena tingginya harga jual komoditas CPO," paparnya.

Ia menargetkan laba bersih perseroan mencapai Rp1,06 triliun dengan rata-rata per lembar saham (earing per share/EPS) Rp78,6 per lembar. "Kami merekomendasikan beli dengan target harga Rp660 per lembar," sarannya.

No comments:

Post a Comment