Harga emas jatuh menuju penurunan terbesar selama 18 bulan terakhir. Harga langsung bereaksi merespons kondisi pasar keuangan yang mulai stabil. Optimisme terhadap aset berisiko ini berhasil mengikis daya pikat logam mulia sebagai safe haven.
Seperti dirilis AP, harga emas anjlok pada perdagangan Rabu (24/8/2011) waktu setempat, seiring dengan bertambahnya kepercayaan diri para investor terhadap ekonomi global. Harga emas melorot 104 dollar AS atau 5,6 persen di posisi 1.757,30 per ounce. Ini merupakan penurunan persentase terbesar sejak Maret 2008. Meski secara keseluruhan harga emas untuk tahun ini masih naik 24 persen.
Sebelumnya, harga logam mulia ini sempat menembus 1.917 dollar AS per ounce, yang merupakan capaian tertinggi sepanjang perdagangan emas. Investor membeli emas karena kekhawatiran mengenai pelemahan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa serta gejolak di pasar keuangan sejak awal Agustus ini.
Pada 16 Agustus silam, Wells Fargo & Co pernah memperingatkan, potensi bubble bisa terjadi dalam waktu dekat lantaran aksi beli emas beberapa waktu terakhir sudah bersifat spekulatif. "Penurunan ini merupakan cerita akhir dari perdagangan yang sangat ramai sebelumnya," ujar Adam Klopfenstein,senior market strategist MF Global Holdings Ltd di Chicago. Menurutnya, secara jangka pendek, optimisme di pasar saham tumbuh dan hal tersebut menjadi pertanda buruk bagi harga emas.
Sekedar kilas balik, pada kuartal kedua, miliarder dunia yaitu George Soros dan Eric Mindich memangkas kepemilikannya di SPDR Gold Trust. Sementara Paulson & Co yang dikelola oleh John Paulson mempertahankan posisinya di pasar emas. "Meluncurnya harga emas didorong oleh optimisme pasar bahwa The Federal Reserve segera mengumumkan pelonggaran kuantitatif," kata Patricia Mohr, analis komoditas Scotia Capital.
Menurutnya, yang terjadi saat ini adalah bahwa investor sulit menebak apa yang akan terjadi. "Pada kenyataannya mereka dikecewakan oleh pasar emas," ujarnya
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menilai, penurunan harga emas yang cukup signifikan pada Rabu (24/8/2011) lalu merupakan suatu gejolak. "Saya rasa itu adalah suatu gejolak karena sebelumnya kan juga meningkat dengan tajam. Jadi, secara umum kita hanya waspada," ungkap Agus seusai menghadiri rapat koordinasi dengan sejumlah menteri di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis.
Terkait dengan kondisi ekonomi global yang erat kaitannya dengan harga emas, ia menyebutkan, kondisi ekonomi dunia mungkin akan cukup datar dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Namun, kondisi ekonomi Indonesia, lanjut dia, justru akan lebih baik daripada kondisi global tersebut.
"Kita perkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal II (tahun 2011) itu ada di kisaran 6,5 persen, di kuartal III mungkin minimum 6,5 persen. Dan, artinya kondisi yang dialami di negara-negara maju yang terus melakukan koreksi pertumbuhan ekonominya ke bawah. Kalau di Indonesia, kita dalam kondisi yang lebih baik," paparnya.
Apalagi, lanjut Agus, kalau pemerintah bisa mengatasi aspek infrastruktur ataupun hal-hal yang menghambat investasi di Indonesia. Untuk diketahui, pada perdagangan kemarin, harga emas jatuh ke penurunan terbesar selama 18 bulan terakhir. Harga langsung bereaksi ketika pasar keuangan mulai stabil. Harga emas turun drastis sebesar 104 dollar AS atau 5,6 persen ke posisi 1.757,30 dollar AS pertroy ounce. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Maret 2008