Menjelang bulan puasa dan lebaran, inflasi di Palembang, Sumatera Selatan, tinggi, yaitu mencapai 0,70 persen di Bulan Juli atau lebih tinggi dari inflasi nasional. Tingginya inflasi ini didorong tingginya kenaikan harga di sejumlah kebutuhan pokok, terutama beras.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan Haslani Haris dalam pembacaan berita resmi statistik di Palembang, Sumsel, Senin (1/8/2011), mengumumkan, kenaikan harga beras di Palembang yang mencapai 5,1 persen pada Juli memberikan andil inflasi tertinggi mencapai 0,2 persen. Diikuti kenaikan tarif air minum sebesar 10,04 persen yang mendorong inflasi sebesar 0,1 persen.
"Kenaikan harga semen sebesar 17,34 persen berada di posisi ketiga yang mendorong inflasi sebesar 0,1 persen," katanya. Dari periode yang sama tahun lalu, inflasi di Kota Palembang mencapai 4,37 persen. Kenaikan harga di Bulan Juli terjadi di hampir semua bahan makanan, di antaranya padi-padian, daging, ikan awetan, telur, dan sayuran.
Meskipun harga komoditas bahan pertanian naik, perolehan petani pada Juli justru turun sebesar 1,28 persen. Artinya, daya beli petani juga turun. Hal ini terlihat dari angka nilai tukar petani yang turun dari 110,96 persen di Bulan Juni turun menjadi 109,54 persen. Penuruna daya beli yang ditunjukkan dengan nilai tukar ini juga terjadi pada peternak maupun perkebunan.
"Mereka masih dapat keuntungan, namun berkurang dari bulan sebelumnya," ucapnya.
Sejumlah komoditas pangan yang mengalami penurunan, yaitu bumbu yang turun drastis hingga 7,46 persen, ikan segar turun 1,47 persen, dan buah-buahan turun 0,12 persen. Untuk Sumatera Bagian Selatan, inflasi tertinggi di Kota Jambi sebesar 0,94 persen dan terendah di Pangkal Pinang sebesar 0,1 persen. Di Pulau Sumatera, inflasi tertinggi terjadi di Banda Aceh sebesar 1,16 persen.
No comments:
Post a Comment