Konsumsi bahan bakar nonsubsidi jenis Pertamax menurun 30 persen sejak dua bulan lalu. Penurunan ini terjadi karena para pengguna beralih menggunakan bahan bakar bersubsidi. "Banyak yang beralih ke Premium," kata Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi Eri Purnomohadi kemarin.
Penurunan konsumsi Pertamax, kata Eri, diperkirakan akan terus terjadi, terkait dengan terus naiknya harga Pertamax. Mulai hari ini, harga Pertamax akan naik Rp 200 per liter menjadi Rp 9.250. "Pertamina menaikkan harga seiring dengan kenaikan harga minyak internasional."
Juru bicara PT Pertamina (Persero), Mochamad Harun, mengatakan perubahan harga sudah biasa dilakukan. "Ini evaluasi tiap dua pekan." Salah satunya kenaikan harga minyak mentah dunia. Saat ini ada peningkatan konsumsi di belahan utara, khususnya di Cina, Eropa, dan Amerika.
Menyangkut kenaikan harga minyak dunia, pemerintah memperkirakan subsidi tahun depan bakal membengkak menjadi Rp 200 triliun. "Jumlah subsidi ini mendekati 20 persen dari total anggaran," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Surakarta kemarin. Tahun ini subsidi energi dan non-energi mencapai Rp 188 triliun.
Meski terjadi pembengkakan, kata Hatta, subsidi mau tidak mau harus diberikan. Sebab, kebijakan ini berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Porsi subsidi terbesar adalah bahan bakar minyak dan listrik. Tahun ini subsidi bahan bakar minyak Rp 95,9 triliun dan listrik Rp 40,7 triliun. Sisanya dialokasikan untuk subsidi non-energi.
Pembengkakan subsidi ini tak terelakkan karena pemerintah berkukuh tak menaikkan harga BBM bersubsidi. Alasannya, kata Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Dedi Masykur Riyadi, pemerintah lebih memilih menambah defisit ketimbang menaikkan harga. "Beban (menambah defisit) itu lebih kecil dibanding kalau harga BBM bersubsidi dinaikkan."
Selain itu, kenaikan harga bahan bakar bersubsidi punya efek berganda yang menyebabkan harga-harga barang ikut naik. Ujungnya, kata Dedi, akan berdampak pada kenaikan inflasi.
Berbeda halnya jika pemerintah menambah defisit. Kalaupun defisit ditambah, angkanya masih jauh dari batas defisit anggaran 2 persen. Namun, Dedi tak menyebutkan berapa angka defisit yang baru. Tahun ini pemerintah menargetkan defisit anggaran 1,8 persen.
Wakil Ketua Komisi Keuangan Harry Azhar Aziz meminta agar pemerintah segera mengajukan kenaikan asumsi harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price) menjadi US$ 100 per barel. "Untuk menghindari harga yang tidak terkendali," ujarnya kemarin.
Jika harga minyak di pasar mencapai US$ 100 per barel dan pemerintah tak mengubah asumsi, subsidi bakal bertambah Rp 33,5 triliun. Bila harga naik lagi menjadi US$ 120 per barel, kata Harry, subsidi membengkak sampai Rp 86 triliun.
Tren harga minyak dunia naik sejak awal tahun. Pada Mei, harga minyak dunia sudah sekitar US$ 113 per barel. Akibatnya, harga bahan bakar nonsubsidi naik terus. Sejak 15 Desember 2010, harga Pertamax sudah naik 31 persen.
No comments:
Post a Comment