Saturday, April 7, 2012

Produsen BlackBerry Research in Motion (RIM) Membukukan Kerugian 1,1 Triliun Tahun 2011

Produsen BlackBerry, Researh in Motion (RIM) mencatat rugi bersih US$ 125 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun di akhir 2011. Padahal, Vendor asal Kanada itu tahun lalu masih untung.

Untung yang diraup RIM tahun sebelumnya, sebanyak US$ 418 juta. Kerugian ini membuat laba RIM di 2011 US$ 1,16 miliar. Turun drastis dari periode sebelumnya yang sebesar US$ 3,4 miliar. 

Dalam kuartal empat tersebut, RIM mengapalkan 11,1 juta smartphone BlackBerry dan sekitar 500 ribu tablet BlackBerry PlayBook. Pendapatan total untuk periode tersebut sebesar US$ 4,2 miliar, turun 25% dari tahun lalu dan di bawah ekspektasi pasar. 

Hasil yang cukup suram itu tentu menjadi tantangan tersendiri bagi CEO baru RIM, Thorsten Heins. Heins belum lama ini menggantikan posisi Jim Balsillie dan Mike Lazaridis yang mengundurkan diri dari habatan CEO. 

"Saya telah memeriksa beberapa aspek bisnis RIM dalam 10 minggu menjadi CEO. Saya mengkonfirmasi bahwa perusahaan punya kekuatan substansial yang bisa meningkatkan performa finansial kami, seperti jaringan infrastruktur global RIM, penawaran produk yang kuat di enterprise dan pelanggan besar sejumlah 77 juta," ucap Heins mencoba optimistis seperti dilansir dari AFP, Jumat (30/3/2012).

RIM kini sedang menggodok platform sistem operasi BlackBerry 10 yang rencananya dirilis tahun ini. Mereka sedang berjuang keras menghadapi Android dan iPhone yang semakin mendominasi di beberapa wilayah.

"Tantangan bisnis yang kami hadapi di beberapa kuartal mendatang emang signifikan dan saya mengambil langkah yang dibutuhkan untuk mengantisipasinya," imbuh Heins.


Menteri Perindustrian MS Hidayat memaparkan latar belakang mengapa produsen BlackBerry (BB) yaitu Research In Motion (RIM) akhirnya memilih Malaysia untuk menjadi tempat produksi BB secara outsource di Penang, Malaysia. 

Menurut Hidayat pihak Indonesia melalui Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan sudah dua kali bertemu pimpinan RIM di kantor pusat RIM di Kanada. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Indonesia, sampai akhirnya tak menemui titik temu terkait syarat yang disodorkan oleh menteri komunikasi dan informasi (menkominfo).

"Mereka kesulitan menghadapi persyaratan menkominfo, ada berapa persyaratan yang tak jelas," kata Hidayat kepada detikFinance, Kamis (22/9/2011)

Hidayat mengatakan setelah tak menemukan titik temu soal persyaratan tersebut, pihak RIM mendadak secara sepihak akhirnya memutuskan meng-outsource produksi BB mereka di Penang Malaysia. Padahal menurut Hidayat pihak RIM sudah menyiapkan rencana investasi skala besar mereka dengan nilai jutaan dolar AS.

Ia menjelaskan dalam tahap awal RIM mengedepankan produksi BB dengan pola outsource terlebih dahulu seperti yang dilakukanmereka di Penang saat ini. Kemudian dalam jangka panjang akan membangun pabrik dengan investasi skala besar.

"Yang dimaksud Pak Gita, nanti investasi besar mungkin mereka memulai dari sistem outsource dahulu," katanya.

Dikatakan Hidayat, ia tak mau berkomentar lebih jauh soal perbedaan pendapat terkait keberadaan pabrik BlackBerry di Penang menurut versi Menkominfo Tifatul Sembiring. "Saya kira Pak Gita bisa tahu karena mendalami hal itu," katanya. 

Hidayat menambahkan apa yang ia lakukan bersama Gita Wirjawan adalah demi mendorong perusahaan multinasional yang memiliki pasar besar di Indonesia untuk membuat proses produksi di dalam negeri. Ia tak rela jika Indonesia hanya akan menjadi pasar saja, apalagi pada tahun 2015 nanti Indonesia masuk dalam masyarakat ekonomi ASEAN atau satu pasar ASEAN.

"Kita mencegah jangan market kita digunakan untuk investasi di negara tetangga," katanya.

Meskipun ia mengakui dukungan infrastruktur Indonesia masih kurang namun hal ini bisa ditingkatkan. Indonesia, lanjut Hidayat, pemilik 50% pasar ASEAN yang jumlahnya mencapai kurang lebih 500 juta penduduk. 

"Ini menjadi posisi tawar, kalau kita ini tak berjuang keras, nanti lima tahun lagi kita hanya jadi market besar, itu yang kita mau fight dengan Gita," katanya.

Sebelumnya Gita Wirjawan mengatakan RIM ragu membangun pabriknya di Indonesia adalah karena permintaan pembangunan data center oleh pemerintah Indonesia.

"Data center itu loh alasannya," kata Gita beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui pabrik BlackBerry di Malaysia sudah beroperasi sejak 1 Juli 2011 lalu. Hal ini berbeda dengan pernyataan Menkominfo Tifatul Sembiring yang menganggap pabrik RIM itu hanya isu belaka.

Perihal operasional pabrik RIM di Malaysia itu pernah dilansir dari Gizmocrunch, pada 18 Juli 2011 lalu. Dalam berita tersebut dikatakan, Vice President RIM untuk Malaysia, Thailand dan Vietnam, Dany Bolduc, menyatakan Malaysia merupakan tempat yang pas untuk memperkuat pangsa pasar RIM di Asia.

"Demi mendukung permintaan pasar yang kian meningkat di Asia dan seluruh dunia, maka kami dengan bangga bisa mengoperasikan pabrik baru di Malaysia," ujar Bolduc.

Sejak mulai beroperasi pada 1 Juli 2011 silam, RIM berharap produksi dari pabrik tersebut dapat memasok permintaan BlackBerry di seluruh kawasan Asia, termasuk Indonesia sebagai pengguna BlackBerry terbesar di Asia Tenggara.

No comments:

Post a Comment