Bank Indonesia (BI) optimistis angka pertumbuhan ekonomi kembali menunjukkan tren peningkatan. Setelah pada kuartal IV-2015, realisasinya melonjak sampai dengan 5,04%, pada kuartal I-2016 dimungkinkan ekonomi tumbuh di atas 5%. "Ada peluang untuk bisa berada di atas 5%," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, di Danau Kelimutu, Ende, Nusa Tenggara Timur, Minggu (14/2/2016)
Indikasinya, kata Mirza, meliputi beberapa faktor. Pertama dari sisi penyerapan anggaran oleh pemerintah yang dipercepat sejak awal tahun. Ini memang jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan pencairan cenderung di akhir tahun. "Karena kalau melihat dari pemerintah yang mempercepat penyerapan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan uang muka proyek dan tender dilakukan lebih awal sehingga pergerakan ekonomi dimulai dari awal," paparnya.
Dari sisi lain, adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cukup terkendali. Menurut Mirza, hal tersebut dapat mendorong aktivitas dunia usaha bisa kembali bergairah. Di samping juga sebelumnya ada pelonggaran kebijakan moneter. "Kemudian rupiah yang stabil, membuat pengusaha kembali bergairah untuk melanjutkan usaha, aktivitas impor mulai berjalan. Begitu juga pengusaha dalam negeri," ungkap Mirza.
Bila melihat periode-periode sebelumnya, posisi pertumbuhan ekonomi kuartal I memang lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Dikarenakan perekonomian belum sepenuhnya berjalan, terutama dari dorongan realisasi APBN. "Tapi rasanya optimisme yang mulai terbangun sejak kuartal IV itu bisa berlanjut ke kuartal I sekarang," tukasnya.
Sedangkan dalam satu tahun ke depan, Mirza memproyeksikan ekonomi masih berada pada rentang 5,2-5,6%. Artinya, berada sesuai dengan asumsi yang dipatok oleh pemerintah dalam APBN, yakni 5,3%. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Sumatera dan Kalimantan yang selama ini menyumbang perekonomian 31%. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian kedua daerah tersebut tercatat negatif, karena penurunan harga komoditas.
"Maka kalau Sumatera dan Jawa naik, maka untuk mencapai 5,2% tahun 2016 sesuatu yang sangat mungkin. Bahkan bisa di atas 5,2% mungkin," ujarnya.
No comments:
Post a Comment