Perusahaan jasa pengeboran internasional, Schlumberger, telah memangkas alias melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 10.000 karyawannya, dalam 3 bulan terakhir. PHK tersebut dilakukan di tengah anjloknya harga minyak dunia. Saat ini, harga minyak dunia telah jatuh higga US$ 27/barel.
Dalam 3 bulan terakhir, Schlumberger mencatat kerugian hingga US$ 1 miliar. Itu merupakan kerugian kuartalan terbesar dalam 12 tahun terakhir. Sementara dari sisi pendapatan, perusahaan jasa pengeboran tersebut mencatat penurunan yang cukup dalam sebesar 39% menjadi US$ 7,74 miiar. Demikian dikatakan Chief Executive Perusahaan Paal Kibsgaard, dilansir BBC.com, Jumat (22/1/2016).
Menurutnya, belum ada tanda-tanda harga minyak membaik. Melihat kondisi demikian, Schlumberger melakukan pembelian kembali (buyback) sahamnya sebesar US$ 10 miliar. Berita ini mendorong saham perusahaan tersebut naik 4%.Schlumberger mencatat, di tahun 2015 harga sahamnya turun hampir 20%. Penurunan ini akibat dari kekhawatiran investor karena merosotnya harga minyak.
Pemangkasan karyawan oleh Schlumberger ini sebagai salah satu cara perusahaan untuk melakukan efisiensi. Perusahaan juga sudah mengumumkan sebelumnya jika akan ada pemangkasan karyawan tambahan sebanyak 20.000 orang. Kibsgaard menegaskan, dalam jangka pendek maupun menengah belum ada tanda-tanda pemulihan harga minyak dunia.
Terus merosotnya harga minyak dunia berdampak negatif pada pasar saham. Pasokan minyak yang berlimpah masih akan berlanjut, dan akan melanjutkan sentimen negatif di pasar saham. Diperkirakan, pasar saham masih akan dalam tren melemah alias bearish."Jatuhnya harga minyak dunia juga membuat sejumlah investor menahan investasinya secara signifikan," tulis Schlumberger.
Harga minyak telah jatuh di bawah US$ 28 per barel, terendah sejak pertengahan 2014 .Banyak analis memperkirakan harga minyak dunia di 2016 masih akan menurun, kemungkinan bisa di bawah US$ 20 per barel.Bahkan, Ekonom di Royal Bank of Scotlandia menyebutkan, harga minyak dunia bisa jatuh di bawah US$ 16 per barel. Sementara Standard Chartered memprediksi harga minyak bisa mencapai hanya US$ 10 barel.
No comments:
Post a Comment