“Kebanyakan masih dikontribusi dari pendapatan jasa konstruksi,” ujarnya singkat saat dihubungi. Untuk tahun ini, Tunggul optimistis perseroan mampu mencapai peningkatan pendapatan dan laba bersih hingga dua kali lipat. Pasalnya, ia mengaku manajemen yakin perolehan kontrak pada 2016 bisa melonjak hingga Rp60 triliun dari capaian Rp40 triliun di 2015. “Kami optimistis tahun ini bisa tumbuh dua kali lipat, baik pendapatan maupun laba bersih,” katanya.
Sekadar informasi, sebelumnya Waskita Karya juga menggarap proyek pembangunan jaringan listrik. Pada Oktober 2015, perseroan meneken kontrak pembangunan jaringan listrik di Sumatera dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Proyek yang termasuk dalam kontrak tersebut adalah paket 1 jaringan listrik dengan trase New Aur Duri, Jambi ke Pranap, Riau sepanjang 250 km dengan nilai konstruksi Rp 3,8 triliun. Kemudian, paket 2 jaringan listrik dengan trase Pranap, Riau ke Perawang, Riau sepanjang 160 km dengan nilai konstruksi Rp 2,8 triliun. Secara total, nilai 2 paket tersebut mencapai Rp 6,6 triliun.
Adapun periode pelaksanaan konstruksi ditargetkan menghabiskan waktu tiga tahun mulai dari pembebasan tanah, konstruksi, sampai operasi. Sementara dari segi pendanaan, Waskita Karya diketahui sedang menjajaki penerbitan obligasi Rp2 triliun pada semester I 2016. Lebih lanjut penerbitan itu merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) yang senilai total Rp 5 triliun.
Waskita Karya bakal menggunakan laporan keuangan Desember 2015 sebagai valuasi penerbitan PUB. Nantinya, emisi obligasi itu akan menjadi salah satu sumber belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini yang dipatok hingga Rp10 triliun. Di sisi lain, manajemen juga bersiap melego 10 persen saham anak usahanya, PT Waskita Beton Precast melalui skema divestasi, sebelum melepas 35-40 persen lainnya ke lantai bursa melalui proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
Tunggul mengatakan divestasi 10 persen saham anak usaha tersebut dilakukan karena dinilai akan baik bagi perusahaan sebelum IPO. Sayangya, ia enggan menjelaskan alasan tersebut lebih lanjut.
“Ya, memang kami akan melakukan divestasi Waskita Beton. Rencananya kuartal I ini, sebelum IPO,” ujarnya. PT Waskita Karya (Persero) Tbk berniat melego 10 persen saham anak usahanya, PT Waskita Beton Precast melalui skema divestasi, sebelum melepas 35-40 persen lainnya ke lantai bursa melalui proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Keuangan Waskita Karya Tunggul Rajagukguk mengatakan pihaknya divestasi 10 persen saham anak usaha tersebut dilakukan karena dinilai akan baik bagi perusahaan sebelum IPO. Sayangya, ia enggan menjelaskan alasan tersebut lebih lanjut. “Ya, memang kami akan melakukan divestasi Waskita Beton. Rencananya kuartal I ini, sebelum IPO,” ujarnya saat dihubungi.
Tunggul menambahkan, beberapa pihak telah dalam proses pembicaraan mengenai divestasi Waskita Beton. Namun, ia enggan membeberkan jumlah dan nama-nama perusahaan yang tengah masuk dalam proses negosiasi pembelian saham. “Saya belum bisa bicara banyak untuk pihak-pihaknya. BUMN atau swasta, ya nanti kita lihat saja,” katanya. Sementara itu, ia menyatakan manajemen tetap berencana melepas Waskita Beton ke lantai Bursa Efek Indonesia pada tahun ini. Tunggul menyatakan perseroan masih menyiapkan segala prosesnya dan berharap situasi masih mendukung.
“Waskita Beton jadi IPO tahun ini. Kemungkinan besar triwulan III,” jelasnya. Analis Mandiri Sekuritas Aditya Sastrawinata mengatakan, berdasarkan pertemuannya dengan manajemen Waskita Karya, perseroan berencana mendivestasikan anak usaha untuk beton pracetak sebelum nantinya IPO, dengan menjual hingga 10 persen sahamnya.
“Diprediksi akan dieksekusi pada pertengahan Februari. Identitas pihak ketiga tidak disebutkan tetapi saat ini ada lima kemungkinan (tiga BUMN dan dua swasta). IPO Waskita Beton sekitar September 2016 dengan minimum kepemilikan Waskita Karya 60 persen,” ujarnya dalam riset. Ia menambahkan, Waskita Karya berencana mengakusisi dua pabrik beton pracetak pada Februari untuk meningkatkan total kapasitas dari 1,8 juta menjadi 2,4 juta ton.
Dalam catatannya, Waskita Beton membukukan pendapatan non-audit Rp2,6 triliun dan laba bersih Rp330 miliar sepanjang 2015. Yang menarik, ia mencatat pendapatan Waskita Beton saat ini menyamai Wijaya Karya Beton, di angka Rp2,6 triliun. “Untuk 2016, Waskita Karya menargetkan pendapatan Rp5 triliun dan laba bersih Rp500 miliar untuk beton pracetak yang sebagian besar proyeknya dari LRT Palembang dan jalan tol Becakayu,” imbuhnya.
Dari sisi kinerja, kontrak baru Waskita Karya mencapai Rp32 triliun pada 2015, naik 45 persen secara tahunan, dan berporsi 107 persen dari target setahun penuh. Untuk 2016, Waskita Karya menargetkan kontrak baru Rp48 triliun atau naik 50 persen secara tahunan, dengan proyek besarnya termasuk proyek LRT di Palembang (sekitar Rp9 triliun), proyek transmisi listrik di Sumatra fase 2 (sekitar Rp6 triliun), jalan tol Cimanggis-Cibitung (sekitar Rp6 triliun), jalan tol Pemalang-Batang, dan jalan tol Pejagan-Pemalang fase 2 (sekitar Rp2,5 triliun)
No comments:
Post a Comment