Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menunggu penjelasan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sehubungan rencana mereka melepas saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Maklum, BUMI belum menjelaskan siapa yang akan membeli saham ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito mengaku sudah bertemu manajemen BUMI Selasa lalu (2/6). Tapi, sampai saat itu mereka belum bisa menjelaskan siapa pembeli saham ini. "Mereka masih memfinalisasi aksi ini," kata dia, kemarin (3/6).Tak hanya itu, Eddy juga akan meminta penjelasan tentang penggunaan dana hasil penerbitan saham baru tersebut.
Seperti kita ketahui, BUMI akan menerbitkan saham baru sebanyak 1,9 milir saham atau setara 10% modal disetor. Sebelumnya, Presiden Direktur BUMI Ari S. Hudaya pernah berujar BUMI akan memakai dana hasil penerbitan saham baru itu untuk menambal utang senilai US$ 1 miliar, setahun ke depan. Padahal, menurut Eddy, dana penerbitan saham baru sebetulnya tidak boleh dipakai untuk membayar utang. "Penerbitan saham baru harus mendatangkan value bagi perusahaan," ungkap dia.
Walau begitu, ada ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang memberikan pengecualian. Merujuk peraturan Bapepam-LK IX.D.4 Pasal 2 ayat 2 c, dana hasil penerbitan saham baru tanpa HMETD bisa dipakai membayar utang apabila perusahaan tidak mampu menghindari kegagalan atas kewajibannya kepada pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi. Syaratnya, si pemberi utang setuju menerima saham atau obligasi konversi perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut.
Eddy juga menyoroti posisi kas BUMI yang merosot tajam. Per Maret lalu, posisi kas emiten pentolan Grup Bakrie ini mengempis 57,4% dibandingkan dengan posisi per kuartal pertama 2009, persisnya anjlok dari US$ 140,06 juta menjadi US$ 59,6 juta. Belum jelas apa penyebabnya. BEI berniat menyelidiki laporan keuangan BUMI ini. "Kami akan telaah laporan keuangannya," janji Eddy.
Kempisnya kas BUMI yang terjadi berbarengan dengan rencana penerbitan saham baru ini segera memancing spekulasi di pasar. Ada dugaan, BUMI sengaja mengembosi kasnya demi memuluskan rencana membayar utang dengan dana hasil penerbitan saham baru. Namun Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Srivastava tidak mau menanggapi spekulasi ini. "Ini posisi kas pada 31 Maret, posisinya memang bisa berubah-ubah," kilah dia.
Menurut pengamat pasar modal Arif Budi Satria, sebenarnya sah-sah saja BUMI melakukan hal tersebut. Namun, dia menyayangkan manajemen BUMI yang lebih banyak menjual berita aksi korporasi ketimbang menjalankan bisnis inti. "Saat ini BUMI cenderung bermain di berita korporasi. Ini sangat berbahaya bagi investor institusi," jelas dia.Kemarin, harga saham BUMI ditutup naik 3,8% dari hari sebelumnya menjadi Rp 1.910 per saham
No comments:
Post a Comment