Saturday, June 5, 2010

Mebel Plastik China Mulai Mengancam Industri Mebel Indonesia

Mebel plastik dari China mulai menguasai pasar Indonesia dan menggeser mebel rotan yang asli dari negeri sendiri. Perajin dan pengusaha rotan kini mendesak agar pemerintah turut mengampanyekan mebel rotan dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia Hatta Sinatra, Jumat (4/6) di Cirebon, Jawa Barat, mengatakan, serbuan mebel China dirasakan sejak dua tahun lalu. Di berbagai mal, pusat perbelanjaan, pusat jajan, hingga kafe kini bahkan sudah menggunakan mebel China dari plastik.

”Hampir semua pusat makan, mal di sejumlah kota, tak lagi pa- kai kayu atau rotan, tetapi menggunakan mebel plastik berwarna-warni dari China,” katanya.

Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), tambah Hatta, dapat menjadi bumerang jika pemerintah tak mendukung industri mebel dalam negeri.

Kekhawatiran sama diungkapkan Andiyanto, Ketua Asosiasi Perajin Gerbang Rotan Indonesia. Guna menghidupkan lagi industri mebel rotan dalam negeri yang kini mati suri, para perajin di bawah naungan Gerbang Rotan menggerakkan nasionalisasi rotan sejak setahun lalu. Gerakan itu, menurut Andiyanto, sudah berjalan, tetapi serapan pasar lokal masih kurang.

Tenaga kerja

Padahal, menurut Andiyanto, jika mebel rotan bisa hidup kembali, daya serap tenaga kerja akan kembali tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cirebon, 65.000 perajin di daerah itu menggantungkan diri pada mebel rotan. Itu belum termasuk petani rotan yang, menurut Yayasan Rotan Indonesia, berjumlah lebih dari satu juta orang.

Ketua Asosiasi Mebeler Indonesia Wilayah Cirebon Sumartja pun mendesak agar pemerintah ikut berperan dalam gerakan nasionalisasi rotan. Gerakan itu akan lebih efektif jika pemerintah ikut bergabung.

Menurut Sumartja, meski pemerintah sudah mengampanyekan cinta produksi dalam negeri, hingga kini sebagian kantor instansi malah memilih mebel dari Italia atau China. ”Seperti batik, harusnya gerakan memakai mebel rotan dimulai dari kantor instansi di pusat hingga daerah.”

Sementara itu, delapan pengumpul rotan di Kalimantan Barat yang merupakan wilayah penghasil sudah tutup usaha dalam setahun terakhir. Pemicunya adalah sedikitnya kuota pengumpulan dan rendahnya harga jual ke perajin. Ketua Kompartemen Perdagangan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri Kalimantan Barat Rudyzar ZM mengatakan hal itu, Jumat. ”Saat ini tinggal tersisa dua pengumpul rotan di Kalimantan Barat.

No comments:

Post a Comment