”Kami masih mengadakan pembicaraan dengan Esia dan juga beberapa operator lokal lain,” kata Presiden Direktur PT Telkom Indonesia Rinaldi Firmansyah di sela-sela peluncuran buku
Dalam menjajaki sinergi bisnis ini, lanjut Rinaldi, pihaknya bersikap pasif. Selain Esia, ada juga sejumlah operator lain yang menjajaki sinergi bisnis dengan Telkom. Jika ada kecocokan, konsolidasi akan dilanjutkan hingga tercapai sinergi.
Hal ini diharapkan terwujud dalam dua tahun ke depan. Jika hendak merger, Esia harus jadi unit usaha yang bisa melakukan aksi korporasi atau berbentuk perseroan. ”Ini tergantung model konsolidasinya,” ujarnya.
Konsolidasi itu perlu dilakukan mengingat jumlah operator seluler di Indonesia terlalu banyak dibandingkan dengan sejumlah negara lain. Di India ada 7 operator, sedangkan di China ada 3 operator dan di Malaysia terdapat 3 operator.
”Alokasi frekuensi, kalau terlalu banyak jumlah operatornya, jadi lebih sedikit dan tidak efisien,” ujar Rinaldi.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Utama PT Telkom Indonesia Tanri Abeng menyatakan, industri telekomunikasi memang harus terkonsolidasi agar tidak terjadi pemborosan aset perusahaan.
”Bagi Telkom, ada banyak pilihan. Esia hanya salah satu dari sejumlah pilihan operator yang ada,” ujarnya. Untuk itu, Telkom harus mencari operator yang paling cocok untuk diajak bersinergi bisnis.
Jadi, konsolidasi antar operator itu harus memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Hal itu akan tercapai kalau terjadi sinergi aset dan pasar serta masalah keuangan tidak memberatkan satu sama lain.
Berbeda dengan bidang industri lain, seperti garmen, Telkom akan berubah terus teknologinya. Karena itu, konsolidasi yang dilakukan diharapkan tidak menjadi beban bagi Telkom dalam mengikuti perkembangan teknologi telekomunikasi di dunia.
Untuk bisa melaksanakan sinergi bisnis, baik dalam bentuk merger maupun akuisisi, lanjut Tanri Abeng, Telkom akan melapor dan memaparkan lebih dulu mengenai rencana sinergi itu kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara.
No comments:
Post a Comment