”Dalam kurun waktu 2010 hingga 2015, kami menargetkan penambahan kapasitas 19.167 MW pada sistem kelistrikan nasional dari PLTU,” kata Direktur Energi Primer PT PLN Nur Pamudji, Selasa (1/6) di Jakarta.
Dari kapasitas itu, 13.725 MW dari PLTU baru yang dibangun di Jawa dan Bali, 3.516 MW di Sumatera, dan 1.926 MW di pulau lain. Tahun ini empat PLTU akan dibangun, yaitu PLTU Suralaya 625 MW, Indramayu 900 MW, Rembang 630 MW, dan Paiton 7 berkapasitas 660 MW.
Hingga kini, di Indonesia pembangunan pembangkit berbahan bakar batu bara masih dominan, selain pemanfaatan tenaga air, panas bumi, dan gas alam. Tahun 2014 proporsi batu bara masih 60 persen dari total bauran energi nasional.
Bila memakai bahan bakar batu bara, biaya pokok produksi listrik jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak.
Biaya pokok produksi PLN, jika memakai bahan bakar gas tahun 2009, rata-rata Rp 318 per kWh. Jika menggunakan BBM, Rp 1.383 per kWh dan batu bara Rp 362 per kWh.
Dalam Coaltrans ke-16 di Nusa Dua, Bali, para pemangku kepentingan diminta berpartisipasi dalam mengembangkan pemanfaatan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit di Indonesia.
Dengan adanya pembangunan sejumlah PLTU, konsumsi batu bara pada 2010-2014 diperkirakan terus meningkat. Tahun ini konsumsi batu bara untuk pembangkit 40,8 juta ton. Tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi 95,3 juta ton.
Menurut Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan, untuk mengantisipasi kebutuhan pasokan batu bara bagi pembangkit PLN, dibentuk anak perusahaan, PLN Batu Bara. Ini untuk mengantisipasi kesulitan mendapat izin kuasa pertambangan batu bara.
Dalam peta jalan rencana bisnis PLN Batu Bara, perusahaan itu akan membeli atau mengakuisisi tambang. Namun, saat ini yang diimplementasikan PLN Batu Bara baru tahap melaksanakan kerja sama dengan pemilik KP yang sudah ada.
Sejauh ini BUMN yang memasok batu bara ke PLN adalah PT Bukit Asam sebanyak 7 juta ton per tahun untuk PLTU Suralaya, PLTU Bukit Asam, dan PLTU Tarahan. ”Yang jadi perhatian PLN terkait harga yang ditetapkan PT Bukit Asam, yang mengacu pada harga pasar internasional berdasar beberapa indeks,” ujar Dahlan.
Ia berharap harga batu bara di pasar domestik, khususnya untuk pembangkit listrik, lebih rendah dari harga pasar internasional untuk menekan biaya operasional.
No comments:
Post a Comment