Indonesia kembali mendapat sorotan lantaran dinilai boros dalam penggunaan energi. Hal ini tercermin dalam indeks elastisitas energi, di mana skor Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara di Asia Tenggara dan bahkan negara maju.
Hal ini terungkap dalam paparan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam forum National Energy Efficiency Conference, Senin, 11 Juni 2012.
Indeks elastisitas energi Indonesia hingga saat ini mencapai 1,63, lebih tinggi dibandingkan Thailand dan Singapura yang masing-masing mencapai 1,4 dan 1,1. Bahkan indeks elastisitas energi negara-negara maju berkisar antara 0,1 hingga 0,6. Indeks elastisitas adalah perbandingan laju pertumbuhan konsumsi energi dibanding laju pertumbuhan ekonomi.
Menurut Sekretaris Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Djadjang Soekarna, hal ini menunjukkan perlunya masyarakat Indonesia mengonsumsi energi secara lebih efisien dan mengurangi pemborosan. Di sisi lain, meskipun terhitung kaya akan sumber daya Indonesia belum memberi keadilan dalam penyediaan energi seperti energi listrik.
"Lebih dari 25 persen rumah tangga di Indonesia belum menikmati aliran listrik." katanya.
Djajang mengatakan pemborosan ini mengancam ketersediaan energi, membebani anggaran serta mengancam stabilitas lingkungan. Berdasarkan data Second National Communication, emisi sektor energi mencapai 302 juta ton karbondioksida pada 2009. Sedangkan audit Kementerian Energi sepanjang 2003 hingga 2010 menunjukkan adanya potensi efisiensi sebesar 5 persen atau setara dengan investasi senilai Rp 23,8 triliun hingga Rp 289 triliun per tahun.
"Untuk menghematnya kita harus mengubah perilaku penggunaan energi ke arah yang lebih efisien," kata Direktur Konservasi Energi, Maryam Ayuni.
No comments:
Post a Comment