Pengusaha tekstil dan garmen menolak keras penetapan UMP DKI Jakarta sebesar Rp 2,2 juta termasuk UMP daerah sekitarnya. Mereka memperkirakan akan ada ribuan karyawan kena PHK, mereka juga lebih memilih menjadi importir.
Demikian disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertektilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy di acara diskusi soal UMP di Kantor Sekretariat DPN API, di Gedung Duta Graha, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (27/11/12).
"Garmen kita pasti akan relokasi, tekstil akan melakukan rasionalisasi atau menjadi importir," ungkap Ernovian.
Ia mengatakan, pemberlakuan upah ini jelas akan mematikan industri padat karya. Menurutnya beberapa perusahaan tekstil sudah siap untuk merumahkan ribuan karyawannya karena ketidaksanggupan membayar upah sebesar Rp 2,2 juta/bulan.
"Kita berbicara dengan perusahaan asing, katanya kurang lebih 100.000 orang akan dikurangi. Yang sudah pasti ada perusahaan mengurangi 1.000 orang dan 600 orang. Itu sudah pasti," kata Ernovian.
Sayang Ernovian enggan menyebutkan siapa perusahaan yang akan menekan jumlah karyawannya ini. Dikatakannya, pengurangan karyawan ditetapkan berdasarkan jabatan kerjanya masing-masing.
"Pengurangan itu cleaning service, security itu mulai tuh pengurangan. Kalau operator itu kita yang terakhir. Mesin yang tadinya 12 mesin dioperasikan oleh 2 orang, sekarang 1 orang," tegasnya.
Sementara itu, Sekjen Asosiasi Perajin Sepatu Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan hal yang senada. Menurutnya, penetapan UMP ini otomatis akan menurunkan daya tarik investasi ke Indonesia. "Itu akan menjadi patokan investasi Eropa ke Indonesia," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment