Satu setengah jam kemudian, 400 tangkai bunga salju telah dia potong dan siap dia bawa ke Jambur Raya, sejenis pendapa yang menjadi pusat transaksi bunga, yang hanya berjarak 50 meter dari rumah Sinuhaji. Setangkai bunga dia hargai Rp 2.500.
Pagi itu, ratusan warga Desa Raya dan beberapa desa tetangga tampak buru-buru menuju jambur. Jam di dinding menunjukkan pukul 09.15, tetapi hanya beberapa pedang bunga yang datang. "Sejak pagi hujan, banyak pemetik bunga yang telat ke kebun. Mereka nunggu hujan reda," kata Raya Pasaribu (45), seorang petani bunga.
Desa Raya terkenal sebagai sentra jual beli bunga yang ada di Karo, Sumatera Utara. Pasar bunga mereka gelar pada hari Senin dan Kamis. Di luar itu, ada juga yang berjualan di tepi jalan, di hari Sabtu dan Rabu. Setiap pemilik kebun bisa meraup uang Rp 1 juta sampai Rp 6 juta setiap pasaran bunga.
Selain terkenal sebagai sentra sayuran dan jeruk, Karo juga tenar karena keindahan bunganya. Sejak zaman kolonial, bunga Karo telah terkenal. Tahun 1951, bunga-bunga Karo dikirim ke Malaysia dan Singapura.
Jenis bunga yang tumbuh subur antara lain mawar, krisan, aster, dahlia, matahari, gerbera, kala merah, tuberoos, lili, dan kerklelie. Bunga-bunga ini banyak dikirim ke Medan, Aceh, Riau, Lampung, dan Jakarta. Ekspor bunga dalam bentuk bibit juga jalan terus.
Dinas Pertan ian dan Perkebunan Kabupaten Karo mencatat, dalam setahun rata-rata ekspor bibit bunga mencapai 450-600 kg dengan nilai 1,1 juta dolar Amerika. Padahal, kebun bunga hanya sampingan bagi para petani Karo yang umumnya menyediakan lahan tak lebih dari 700 meter persegi di depan atau samping rumah. Penghasilan utama mereka tetap pada perkebunan buah dan sayuran.
"Kalau harga sayur anjlok dan kebun jeruk diserang hama, bunga potong menjadi penolong kami," kata Sinuhaji.
No comments:
Post a Comment