Bank Indonesia (BI) mencatat arus modal asing yang masuk ke dalam negeri per 13 Maret 2017 mencapai US$ 2,2 miliar. Ini turut mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Inflow per 13 Maret ekuivalen US$ 2,2 miliar," ungkap Asisten Gubernur Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter Dody Budi Waluyo dalam jumpa pers di Gedung Thamrin BI, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2017).
Meski investor sudah memperkirakan suku bunga acuan AS akan naik, akan tetapi tetap ada kekhawatiran ada arus modal yang keluar. Namun ternyata, hal tersebut tidak terjadi. "Artinya kalau kita lihat yang kita khawatirkan kenaikan Fed Fund Rate justru membuat pelemahan di emerging market, di bursa saham, rupiah ternyata tidak terjadi. Ini masih positif," jelasnya.
Sebagai respons atas kebijakan The Fed, Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali menahan suku bunga acuan. Sekarang BI 7 Days Reverse Repo Rate tetap pada angka 4,75%. "Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah semakin meningkatnya ketidakpastian global," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Tirta Segara pada kesempatan yang sama.
Dari sisi global, risiko yang dimungkinkan muncul adalah kenaikan inflasi global, arah kebijakan ekonomi dan perdagangan AS, dan dampak lanjutan kenaikan suku bunga acuan AS berpotensi mendorong penguatan dolar AS. Permasalahan Brexit dan risiko geopolitik di sejumlah negara Eropa terkait menguatnya gelombang populisme serta risiko penyelesaian utang Yunani dapat meningkatkan ketidakpastian global.
Sedangkan dalam negeri ada risiko inflasi. "Risiko dari domestik yang tetap perlu dicermati terutama terkait dengan dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi," ujarnya
No comments:
Post a Comment