Penjualan bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) meningkat 2,8% dari 2015 sebanyak 61,80 juta kiloliter (kl) menjadi 64,63 juta kl di sepanjang 2016. Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan peningkatan penjualan BBM tersebut lantaran meningkatnya penjualan BBM non subsidi sepanjang 2016.
"Kita punya konsep membantu pemerintah bagaimana menstimulus non subsidi ini terus kita tingkatkan. Agar secara alamiah masyarakat memilih yang non subsidi. Ini cukup signifikan agar kita tidak tergantung pada penetapan harga penugasan," tuturnya di Gedung Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (16/3/2017). Menurut catatan Pertamina, penjualan BBM penugasan seperti premium dan juga termasuk produk BBM PSO (public service obligation) yakni solar menurun 11,7% dari 2015 sebesar 26,94 juta kl menjadi 23,78 juta kl.
Untuk penjualan bahan bakar khusus (BBK) yang merupakan BBM non subsidi seperti pertalite hingga pertamax turbo meningkat 257% dari 2,98 juta kl menjadi 10,56 juta kl. Sedangkan penjualan BBM Umum yakni produk BBM retail non PSO turun 29,5% dari 15,82 juta kl menjadi 11,15 juta kl.
Sementara untuk penjualan BBM INMAR (industry and marine) naik dari 12,45 juta kl menjadi 13,85 juta kl. Lalu untuk penjualan BBM aviasi (penerbangan) naik 13,7% dari 4,57 juta kl menjadi 5,2 juta kl. Iskandar juga yakin, walaupun ada perubahan harga untuk BBM penugasan dan PSO tidak akan mempengaruhi kinerja keuangan Pertamina. Sebab penjualan di produk BBM non subsidi sudah cukup kuat.
"Tidak, ya mestinya kita non PSO fluktuasi harga sudah kita ikutin. Sebetulnya basic penyanggah ini supaya menstimulus jangan sampai minus. Tapi dari sisi overall masih positif meskipun harga penugasan masih di bawah, inikan saling kompensasi," tandasnya.
Sekadar informasi, sepanjang 2016 Pertamina berhasil mengantongi laba bersih sebesar US$ 3,15 miliar. Angka tersebut meningkat drastis jika dibandingkan dengan perolehan laba bersih di 2015 sebesar US$ 1,42 miliar.
Sebenarnya pendapatan Pertamina di 2016 menurun. Tercatat pendapatan di 2015 sebesar US$ 41,76 miliar kemudian turun di 2016 menjadi US$ 36,49 miliar. Namun Pertamina masih bisa mengantongi laba bersih yang besar lantaran melakukan efisiensi dari seluruh sektor. Total efisiensi yang diakukan dari sisi finansial mencapai US$ 2,67 miliar.
No comments:
Post a Comment