Keberadaan toko online di Indonesia bak jamur di musim hujan. Hanya saja, kehadirannya sejak awal sudah salah konsep. Hal tersebut diungkap Sekretaris Jenderal Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Haryanto Pratantara. Menurutnya, prinsip awal toko online adalah memberikan kemudahan kepada konsumen dalam berbelanja, bukan menawarkan barang yang lebih murah seperti yang terjadi di Indonesia.
"Prinsip toko online menjadi salah karena lebih mengedepankan murah. Padahal harusnya kemudahan dan kepraktisan," kata Haryanto ketika ditemui usai pengenalan GoToMalls.com di Jakarta, Selasa (21/3/2017). Imbas salah prinsip ini membuat iklim persaingan menjadi tidak sehat. Banyak toko offline makin tergerus dengan adanya toko online.
"Membuat toko offline cukup sulit dengan berbagai persyaratan dan izin segala macam, sementara online tidak perlu. Belum lagi soal pajak," jelas Haryanto. Kondisi ini diperparah dengan kesiapan pemerintah. Haryanto menilai pemerintah Indonesia lamban mengantisipasi perkembangan bisnis digital yang begitu pesat.
"Seperti ramai-ramai soal aturan transportasi online. Ini karena pemerintah terlambat mengantisipasi, sehingga aturan mainnya belum disiapkan tapi bisnisnya sudah makin besar," ujar Haryanto. Ia pun berharap pemerintah ngebut mengatur bisnis digital. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
"Kalo semua itu sudah diatur dengan baik, medan perangnya dibuat seimbang, maka masing-masing akan berkembang sesuai keunggulannya masing-masing," pungkas Haryanto. Hadirnya toko online membuat persaingan bisnis ritel makin sengit. Karenanya, toko konvensional harus menyiapkan strategi agar tidak tergerus di era digital, apa saja?
Seketaris Jenderal Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Haryanto Pratantara mengatakan, kehadiran toko online tidak dapat dibendung karena semua itu mengikuti perkembangan teknologi yang pesat. "Toko konvensional tidak bisa berdiam diri. Mereka harus berbenah agar tetap bertahan," kata Haryanto saat berbincang usai acara pengenalan GoToMalls.com di Jakarta, Selasa (21/3/2017).
Adapun caranya adalah dengan membuat toko online juga. Tapi fungsinya bukan sebagai pengganti, melainkan melengkapi toko fisik yang sudah ada. Toko online untuk memberikan kemudahan informasi dan kemudahan pengiriman. Sementara toko offline untuk menghadirkan pengalaman secara langsung.
"Jika konsumen datang ke toko, barang yang dicari tidak ada, bisa diarahkan ke online. Sehingga konsumen punya pilihan dan kemudahan," ujarnya. Dia menyarankan, pemilik ritel bisa membuat toko online sendiri atau bisa bergabung dengan pihak ketiga seperti GoToMalls.com. Dari platform semacam GoToMalls, pemilik toko bisa menitipkan informasi mengenai promo. Dengan demikian, orang tertarik untuk datang ke toko konvensional.
"Ketika mereka datang pastilah tidak hanya melihat barang promo saja. Konsumen pasti melihat barang lainnya. Tinggal staf toko berupaya menginformasikan produk atau promo lain," tutur Haryanto. Karena itu, dirinya menilai staf toko kini punya peran yang amat besar bagi kelangsungan toko. Maka, disarankan untuk mencari staf toko yang kompeten.
"Kalo dulu staf toko hanya bertugas ngambil barang yang dibeli. Kini mereka bertugas menyampaikan berbagai informasi sehingga diharapkan konsumen membeli produk lain selain yang dipromokan," pungkas Haryanto
No comments:
Post a Comment