Sebanyak 30 gerai Seven Eleven tutup di awal tahun 2017 ini. Jumlah gerai yang ditutup itu meningkat dari tahun 2016 sekitar 20 gerai. Apa alasannya? Tiga puluh gerai Sevel yang tutup ini tersebar di Jakarta, salah satunya di cabang Bursa Efek Indonesia (BEI). Corporate Secretary PT Modern Putra Indonesia, Tina Novita mengatakan sejumlah gerai yang tutup di awal tahun ini karena ada beberapa toko tidak dapat mencapai target perusahaan.
Ia mengatakan, sejak tahun 2015, pendapatan Sevel menurun karena situasi ekonomi sedang melemah, terdapat daya saing yang tinggi antar minimarket. Serta melemahnya daya beli konsumer sehingga perusahaan mengevaluasi kinerja toko yang tidak mencapai target untuk mengurangi biaya operasional.
"Kebanyakan karena penjualannya turun karena waktu itu tahun 2015 ekonomi sedang tidak bagus kan, daya saing tinggi, konsumer belinya rendah jadi angkanya itu performanya menurun," ujar Tina. Selain itu, terdapat penurunan penjualan akibat larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minol. Aturan tersebut mulai berlaku efektif 17 April 2015.
Akibat penurunan penjualan akibat larangan penjualan minuman beralkohol itu, dan menurunnya permintaan terhadap snack alias camilan, beberapa gerai Sevel terpaksa ditutup karena tidak mencapai target penjualan. Penutupan toko tersebut untuk mengurangi kerugian akibat beban biaya operasional seperti membayar pajak, dan kewajiban membayar listrik dan sewa.
"Salah satunya minuman beralkohol itu dilarang jadi penjualannya berkurang, penurunan pembelian snack-snack seperti kacang-kacangan juga, dan sebagian karena untuk toko-toko yang performanya turun dia tidak bisa bayar listrik. Supaya kita tidak terlalu rugi banyak, mau tidak mau tutup," ujar Tina.
Ia mengatakan ada juga sebagian toko yang masa sewanya habis tahun ini di tambah kinerjanya tidak sesuai target. Dengan begitu, perusahaan melakukan review atau evaluasi ulang sehingga menurutnya penutupan ini adalah hal yang wajar. "Ada juga yang masa sewanya habis. Gerai tutup sudah dari 2015, itu sesuai strategi perusahaan, ada konsolidasi, kita me-review gerai-gerai yang performanya tidak baik, kalau itu untuk mengurangi biaya operasi," ujar Tina.
Pendiri, Komisaris, sekaligus Presiden Direktur Seven & i Holdings Co Ltd, Toshifumi Suzuki, berniat mengundurkan diri setelah berkiprah lebih dari 40 tahun di perusahaan ritel tersebut. Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/4/2016), pria berumur 83 tahun itu akan mundur karena merasa bertanggung jawab atas gagalnya perombakan dewan direksi ritel pemegang merek Seven Eleven tersebut.
Situasi di manajemen peritel yang tokonya buka 24 jam itu akhir-akhir ini sedang memanas gara-gara investornya, Daniel Loeb, menyindir Suzuki akan memberikan posisi penting kepada anaknya. Sebab, Loeb mengusulkan Ryuichi Isaka, CEO Seven Eleven, untuk menjadi pengganti Suzuki. Sayangnya, usulan ini ditolak oleh 15 dewan komisaris yang dipimpin oleh Suzuki.
Penolakan ini menjadi hal yang tidak lazim di Jepang, karena biasanya justru mengangkat orang lama yang bekerja di perusahaan. Sampai saat ini belum jelas siapa yang akan menggantikan Suzuki setelah ia mengundurkan diri. Namun jika pengunduran diri Suzuki benar-benar terjadi, maka ini jadi kemenangan besar bagi Loeb.
Loeb yang juga CEO Third Point itu sebelumnya juga sukses mengusulkan perbaikan manajemen di tubuh Sony Corp dan Fanuc Corp. Saham Seven & i hari ini anjlok 8,6% gara-gara kabar kisruh di tubuh manajemen di awal perdagangan. Sahamnya ditutup turun 1,6% di tengah pasar saham yang naik 0,2%. "Sejak tahun 2015 sudah tutup, pada 2016 saja sudah tutup ada sekitar 18-20 gerai. Campur-campur tersebar di Jakarta, salah satunya di Bursa Efek Indonesia (BEI)," ujar Tina.
Ia mengatakan, penutupan 30 gerai di awal tahun ini merupakan hal yang wajar. Hal itu karena berdasarkan evaluasi kinerja tiap gerai yang dinilai tidak dapat mencapai target perseroan akibat pendapatan yang menurun. "Kita me-review gerai-gerai yang performanya tidak baik ditutup, karena untuk mengurangi biaya operasi, penutupan gerai merupakan hal yang biasa karena pertimbangan bisnis," kata Tina.
No comments:
Post a Comment