Thursday, April 24, 2014

Indonesia Jadi Pasar Utama Penjualan Mesin Produksi

Indonesia hingga saat ini masih menjadi pasar yang diincar produsen mesin dunia. Kondisi ini tidak lepas dari belum tumbuhnya industri barang modal di Tanah Air. ”Defisit neraca perdagangan disumbang pula oleh impor barang modal dan bahan baku,” kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto di sela pameran Indo Intertex-Inatex- Indo Dyechem 2014 di Jakarta International Expo, Rabu (23/4/2014).

Dari data Kementerian Perindustrian, total impor produk industri pada tahun 2012 senilai 139,73 miliar dollar AS. Sekitar 90 persen di antaranya merupakan impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal. Menurut Harjanto, impor mesin bersifat produktif untuk mendorong produksi, meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, dan mendukung ekspor.

Meski demikian, pemerintah berusaha agar industri komponen dan suku cadang bertumbuh di dalam negeri. Pertumbuhan industri komponen tersebut diyakini akan mendukung pertumbuhan industri permesinan di Tanah Air.

Chairman of Verband Deutscher Maschinen-und Anlagenbau Garment and Leather Technology and Managing Director of the Veit Group, Gunter Veit menekankan pentingnya kesiapan industri komponen dalam mendukung pertumbuhan industri mesin di suatu negara.

”Di Jerman, sistem pendidikan pun turut mendukung perkembangan sumber daya manusia. Ini yang menjelaskan kuatnya industri mesin di Jerman,” kata Gunter Veit. Ia mengatakan, nilai ekspor manufaktur mesin garmen dan jahit Jerman pada tahun 2013 mencapai 466 juta euro, meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang 406 juta euro.

Posisi ini menempatkan Jerman dalam tiga besar negara terpenting penyedia mesin garmen dan jahit selain Tiongkok dan Jepang. Pasar utama produk mesin Jerman tersebut pada tahun 2013 antara lain Amerika Serikat, India, dan Turki.

Gunter Veit menuturkan arti penting pasar mesin garmen di Indonesia. ”Peningkatan upah dan biaya produksi di Tiongkok mendorong beralihnya produksi garmen lokal ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” katanya. Hal ini mendorong masuknya penyedia teknologi industri tekstil dan garmen Jerman dalam pameran Indo Intertex-Inatex- Indo Dyechem 2014.

No comments:

Post a Comment