Wednesday, April 16, 2014

Pengusaha Kaya Di Indonesia Minim Jiwa Sosial

Orang terkaya di dunia Bill Gates beberapa waktu lalu sempat menyambangi Indonesia. Tujuannya adalah menggalang dana bagi yayasan Indonesian Health Fund yang berfokus pada pemberantasan penyakit malaria, polio, TBC, HIV AIDS, dan program Keluarga Berenana (KB).

Tak tanggung-tanggung, Bill Gates membawa US$ 40 juta (Rp 400 miliar) untuk disumbangkan kepada yayasan tersebut. Ada pula sejumlah pengusaha Indonesia juga yang turut andil menyumbang, meski hanya 8 orang saja. Masing-masing menyumbang US$ 5 juta (Rp 50 miliar) untuk jangka waktu 5 tahun, dan salah satunya adalah CEO Samali Hotels and Resorts Adrian Bramantyo Musyanif.

Menurut Bram, sapaan akrabnya, menjadi orang kaya sekaligus memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi memang tak mudah. Pria berusia 27 tahun itu menilai, banyak pengusaha kaya di Indoneia, tetapi tidak banyak yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.

“Kemarin kita baru berdelapan. Sekarang Pak Tahir sendiri masih mengajak pengusaha lainnya untuk ikut. Banyak pengusaha besar di sini tapi untuk seperti ini (punya jiwa kemanusiaan/sosial) kan nggak banyak, kita sangat mengajak karena tidak semua orang beruntung, mereka untuk berobat saja susah,” kata Bram saat berbincang bersama di Essence Apartment Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (16/4/2014).

Ayah satu anak ini mengungkapkan, kesehatan masyarakat yang memadai secara tidak langsung akan menopang kesejahteraan ekonomi. Hal ini nantinya juga berdampak pada kemajuan ekonomi nasional.

“Kesehatan itu akan menuju kepada kesejahteraan, dan kesejahteraan nanti akan berhubungan dengan ekonomi. Kalau kita sehat kita bisa bekerja dengan baik, beraktivitas dengan baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan ekonominya, jadinya bisa meningkatkan Indonesia secara luas. Tidak menjadi beban pemerintah,” terang dia.

Bram melanjutkan tak ada ruginya menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk kemanusiaan. Apalagi, uang sumbangan yang dikumpulkan lewat yayasan ini nantinya bakal digunakan untuk kepentingan kesehatan masyarakat Indonesia. Layaknya jenggot yang semakin dicukur akan terus bertumbuh, reseki pun semakin dibagi akan semakin bertambah.

"Jangan dilihat nominalnya tapi dampak besarnya. Uang itu kan nanti 80% akan disumbangkan untuk kesehatan di Indonesia, 20% lagi untuk global fund yang fokusnya Pakistan, Afganistan, dan Nigeria. Di sini untuk malaria lebih ke Indonesia timur seperti Papua," pungkasnya. Masih ingat kunjungan orang terkaya di dunia Bill Gates ke Indonesia beberapa waktu lalu? Bill Gates datang ke Jakarta dalam rangka meresmikan pendirian yayasan kemanusiaan yang berfokus pada kesehatan yaitu Indonesian Health Fund.
Tak hanya itu, Bill Gates datang ke Indonesia tidak dengan tangan hampa, uang senilai US$ 40 juta yang ia rogoh dari koceknya sengaja ia sumbangkan melalui yayasan tersebut.

Sikap dermawan ini menarik perhatian beberapa pengusaha Indonesia, salah satunya Adrian Bramantyo Musyanif. Pria kelahiran Jakarta, 2 Desember 1987 ini ikut menyumbang US$ 5 juta bersama Bill Gates.

Sumbangan itu diberikan untuk jangka waktu 5 tahun kepada yayasan Indonesian Health Fund. Melalui yayasan ini, nantinya uang sumbangan itu akan digunakan untuk pengobatan penyakit malaria, polio, TBC, HIV AIDS, dan program Keluarga Berencana (KB).

Lantas, hal apa yang menarik perhatian Bram, sapaan akrab Bramantyo, untuk menyumbangkan dananya bersama dengan 7 pengusaha Indonesia lainnya?

"Melihat visinya mulia banget. Bill Gates sendiri dari total sumbangan US$ 80 juta itu, kan US$ 40 juta dia sendiri, yang US$ 40 juta dolar dari kita ber-8. Karena misinya kan untuk kesehatan di Indonesia fokusnya malaria, polio, HIV AIDS, dan ada KB juga," ujar ayah satu anak ini saat berbincang bersama detikFinancedi Essence Apartment Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (15/4/2014).

Menurut Bram, tak ada ruginya menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk kemanusiaan. Apalagi, uang sumbangan yang dikumpulkan lewat yayasan ini, toh nantinya bakal digunakan untuk kepentingan kesehatan masyarakat Indonesia. Ibaratnya, kata Bram, jenggot semakin dicukur maka akan terus bertumbuh. Sama halnya rezeki, semakin dibagi akan semakin bertambah.

"Jangan dilihat nominalnya tapi dampak besarnya. Uang itu kan nanti 80% akan disumbangkan untuk kesehatan di Indonesia, 20% lagi ngasih global fund fokusnya Pakistan, Afganistan, Nigeria, nah untuk di sini untuk malaria lebih ke Indonesia timur seperti Papua," terang Bram.

Keputusannya untuk ikut menyumbang tak terlepas dari peran Tahir selaku pengusaha pemilik Tahir Foundation yang lebih dulu ikut terlibat dalam aksi kemanusiaan ini. Bram melihat, aksi Bill Gates dan Tahir patut menjadi contoh masyarakat Indonesia terlebih para pengusaha kaya.

"Bill gates sebelum kemarin, 2 tahun lalu ada partnership dengan Tahir Foundation di Abu Dhabi soal kesehatan juga. Sekarang itu dia mau fokus ke Indonesia dan kita juga punya hubungan yang dekat dengan Pak Tahir, dari situ Pak Tahir ngajak kita semua mau nggak ikutan nyumbang di sini. Kita harus mulai berperan untuk bisa ikut andil dalam kemanusiaan," jelasnya.

Namun demikian, menurut bassist Yovie & Nuno ini, reaksi masyarakat Indonesia terkait kemanusiaan jauh lebih baik dibanding warga Singapura. Selepas kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu, Bill Gates langsung mengunjungi Singapura dengan tujuan yang sama, menggalang dana dari para pengusaha kaya. Sayang sekali, responnya tidak menggembirakan seperti di Indonesia.

"Bill Gates kan habis itu ke Singapura untuk hal yang sama, Ternyata yang di Singapura, dia nggak disambut baik, dia nggak menyampaikan secara detil yang jelas dia bilang di Indonesia itu so fantastic sambutannya," tuturnya.

Bram saat ini menjadi pimpinan di perusahaan yang bergerak di bidang properti. CEO Samali Hotels and Resorts ini, kini sudah membawahi sekitar 200 orang karyawan. Sejak masih duduk di bangku kuliah, Bram ikut merintis bisnis keluarganya. Ia mulai belajar bagaimana seluk-beluk bisnis properti. Sekitar tahun 2008-2009, anak bungsu dari 2 bersaudara ini mulai fokus mengurus bisnis hotel, apartemen, perkantoran, dan real estate.

"Sekitar 2008-2009 saya sudah mulai ikutan sama bapak. Di Samali saya sebagai CEO. Kita punya holding company bergerak di properti, kita develop hotel apartemen, office, real estate, itu sejak tahun 2004. Dulu background saya A1 ekonomi di UI, sebelum lulus sudah mulai bisnis," ujar Bram.

Bram terus menggali kemampuannya untuk bisa mengembangkan bisnis properti. Saat ini, propertinya sudah tersebar di Jakarta, Tangerang, Jogja, Bali, Banjarmasin, Medan, dan Cepu.

"Intinya saya punya prinsip, apapun yang kamu kerjain sekecil apa pun harus fokus. Untuk bermusik, latihan itu diusahakan setelah office hour. Itu latihan tetap, tapi kita wanti-wanti setelah office, tapi saya tetap fokus di sini karena ini tanggung jawab yang sangat besar," pungkasnya.

No comments:

Post a Comment