Saturday, April 12, 2014

Pasar Obligasi Terganggu Oleh Pemilu

Sekretaris Umum Ikatan Alumni Certified Securities Analyst, Reza Priyambada, mengatakan pergerakan pasar obligasi terpengaruh pemilihan umum legistlasi 2014. Pemilu yang seharusnya hanya berlangsung pada ranah politik, ternyata juga berimbas kepadayield perdagangan obligasi.

“Di pasar obligasi, yield SUN bertenor 10 tahun sempat naik 3,7 basis poin menjadi 7,87 persen,” katanya dalam analisanya Minggu, 13 april 2014.

Sejalan dengan itu, rupiah pun turut melemah dan memberikan imbas negatif tambahan pada pasar obligasi. Pasar sebelumnya berekspektasi PDIP, sebagai salah satu partai nasional yang mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden, akan mendulang suara paling tidak 25-27 persen sesuai prediksi beberapa lembaga survei.

Kenyataannya, dalam quick count, meski unggul PDIP hanya menghimpun 19,8 persen suara yang mengharuskan koalisi dengan partai lain untuk dapat mengajukan kandidat pasangan presiden-wakil presiden dalam Pilpres Juli nanti.

Tidak tercapainya target dan timbulnya ketidakpastian politik serta belum jelasnya koalisi yang akan dibentuk membuat kondisi pasar menjadi limbung. Pelaku pasar pun memilih untuk mengamankan posisi dan cenderung wait and see sembari trading obligasi jangka pendek.

Ternyata pasca dirilis BI rate yang tetap di level 7,5 persen, laju nilai tukar rupiah justru melemah berbarengan dengan melemahnya sejumlah mata uang Asia, terutama Yuan seiring dengan adanya potensi perlambatan di China.

Rupiah masih melanjutkan aksi jual setelah menguat dalam beberapa hari sebelumnya. Oversubscribe lelang SBSN belum mampu mengangkat nilai tukar Rupiah. Bahkan, rilis hasil sementara quick count Pemilu legislatif direspon negatif.

Aksi jual pun kian tak terbendung. Padahal saat itu terdapat sentimen positif dari pertumbuhan kredit perbankan sebesar 20-21 persen namun. Di akhir pekan, aksi jual masih terjadi sehingga rupiah pun masih melemah.

Lelang sukuk negara perdana pada pekan kemarin mendapat respon yang sangat positif dan kebetulan diadakan sebelum Pemilu legislatif sehingga masih ada sentimen positif yang mewarnainya. Dari empat seri sukuk yang ditawarkan, pemerintah menyerap Rp 1,56 triliun atau sedikit melebihi target indikatif.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp 3,57 triliun atau kelebihan permintaan/oversubscribes sebanyak dua kali lipat dari target indikatif sebesar Rp 1,5 triliun. Pemerintah yang semula menargetkan penerbitan sukuk Rp 1,5 triliun akhirnya menyerap dana sebesar Rp 1,56 triliun.

No comments:

Post a Comment