Thursday, April 10, 2014

Pelni Akan Naikan Tarif Penumpang Ekonomi Sebesar 20 Persen Karena Tidak Dapat Subsidi

PT Pelni (Persero) bersiap menaikkan tarif kelas ekonomi penumpang sebesar 20 persen. Kenaikan tarif ini karena perusahaan pelayaran ini mengaku terus merugi sejak maraknya penerbangan murah (low-cost carrier). “Tahun lalu kami merugi Rp 171 miliar. Tahun-tahun sebelumnya juga sudah merugi,” kata Direktur Komersial PT Pelni, Daniel Banggonan, Kamis, 10 April 2014.

Daniel menyebutkan salah satu pemicu kerugian perusahaan adalah biaya belanja bahan bakar minyak (BBM) yang terus melambung. Komponen belanja BBM ini mencapai 56 persen dari total anggaran operasional Pelni. Penyebabnya, konsumsi bahan bakar kapal Pelni memang boros.

Selain biaya BBM, tambahan pengeluaran Pelni disebabkan oleh kenaikan harga suku cadang yang mencapai 28 persen. “Semua sparepart kapal Pelni dibeli dengan euro,” Daniel menambahkan.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Pelni, Sholichah, mengungkapkan bahwa jumlah penumpang terus menurun setiap tahun. Pada 2003, penumpang angkutan kapal mencapai 8 juta orang, tapi 10 tahun kemudian tinggal separuhnya.

Senada, Ketua Indonesia National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, menyebutkan bisnis angkutan laut sedang lesu karena kalah bersaing dengan angkutan udara. Karena itu, agar jumlah peminat kapal tak terus turun, operator angkutan kapal harus berbenah. “Fasilitas harus diperbaiki,” katanya.

Ketika dihubungi, juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, menyatakan belum mengetahui rencana kenaikan tarif kapal Pelni tersebut. “Nanti saya cek dulu,” ujarnya melalui pesan pendek. Pemerintah telah menghentikan bantuan subsidi untuk lima kapal yang dikelola oleh PT Pelni. Penghentian subsidi bertujuan mengurangi beban keuangan pemerintah yang banyak terkuras akibat subsidi. Lima kapal Pelni yang dihentikan subsidinya adalah KM Dobonsolo, KM Bukit Siguntang, KM Ciremai, KM Gunung Dempo, dan KM Labobar.
"Kapal ini selanjutnya didesain tanpa ada kelas ekonomi dan diubah menjadi kelas wisata. Harga tiketnya pun naik 25 persen dari harga normal," kata Adluwiyanto, Manajer Usaha PT Pelni Cabang Makassar, kepada Tempo, Selasa, 1 April 2014.

Pelni, kata Adluwiyanto, juga akan membuat sistem e-ticketingbagi masyarakat yang ingin menggunakan jasa Pelni. Jadi, tidak perlu lagi ke kantor Pelni atau agen untuk membeli tiket. "Kami yakin tetap memiliki pasar utamanya untuk menghubungkan pulau-pulau," katanya.

Adluwiyanto juga menyarankan agar PT Pelindo juga meningkatkan pelayanan kepada penumpang di pelabuhan dengan membuat standar keamanan seperti di bandara udara. Misalnya, tidak diperbolehkan sembarangan orang naik ke atas kapal dan barang milik penumpang yang jumlahnya banyak juga harus disediakan gudang penyimpanan. "Selama ini sangat semrawut, hampir setiap hari ada penumpang yang kecopetan di pelabuhan," ujarnya.

Dia mengakui persaingan bisnis transportasi membuat bisnis PT Pelni terganggu. Akibatnya, KM Labobar yang melayani jalur Surabaya-Jakarta tidak lagi berlayar karena kalah bersaing dengan transportasi darat dan udara. "Sehingga Pelni akan lebih fokus kepada angkutan di wilayah timur," ujarnya. Di wilayah timur ada 13 kapal Pelni yang beroperasi.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat PT Pelindo IV Sahat Siboro mengatakan selama ini fasilitas di pelabuhan Makassar sudah memadai. Menurut dia, Pelindo sudah menyiapkan banyak sarana untuk penumpang. "Kalau soal keamanan tidak hanya urusan Pelindo karena di pelabuhan ada juga petugas kepolisian dan syahbandar," kata Sahat, Selasa, 1 April 2014.

Menurut dia, fasilitas gudang di pelabuhan juga cukup karena saat ini jumlah penumpang kapal laut sudah berkurang. "Tapi kami akan rapatkan keluhan ini untuk mencari solusinya," ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan menyebutkan jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri dari pelabuhan Makassar pada Februari 2014 sebanyak 33.403. Jumlah ini menurun 24,5 persen dibandingkan Januari 2014.

Sedangkan barang perdagangan dalam negeri, termasuk peti kemas yang naik, juga menurun 9,97 persen. Dari 402.407 ton menjadi 362.279 ton. Untuk barang yang dibongkar atau turun juga menurun 3,99 persen. Dari 441.909 ton pada Januari 2014 menjadi 424.484 ton di Februari 2014.

No comments:

Post a Comment