Sunday, April 13, 2014

Pelabuhan Surga Bebas Pajak Untuk Menyimpan Kekayaan Tanpa Terdeteksi

Selama beberapa tahun terakhir banyak freeport yang berubah demi memenuhi kebutuhan orang-orang kaya. Tapi yang tetap adalah penyimpanan itu bebas pajak, ada jaminan privasi seperti surga bebas pajak di luar negeri, yang memikat para kolektor barang seni, dealer, perusahaan, dan perbankan.

Demand sangat kuat sampai-sampai banyak freeport yang penuh. Bahkan ruang-ruang penyimpanan yang ditawarkan sebelum freeport yang baru dibuka pun biasanya langsung terjual habis. Padahal, sebagaimana barang yang dititipkan, ongkos penitipan pun mahal sekali. Biaya penitipan barang mewah di freeport itu mencapai ribuan dolar Amerika Serikat per bulan. Akan ada biaya tambahan tergantung nilai dari barang yang dititipkan.

Beberapa freeport juga menawarkan layanan terkait, seperti perbaikan barang seni atau pembingkaian. Semuanya tentu ada tarifnya. Freeport itu juga sering didirikan tak jauh dari bandara, supaya barang-barang di sana lebih mudah ditransportasikan.

Freeport sangat sering dikunjungi oleh orang kaya yang tertarik pada penjualan langsung di dalam, yang biasanya difasilitasi oleh rumah lelang besar seperti Christie. Dan tentu saja, yang paling menarik dalam layanan freeport ini adalah segala transaksi itu bebas pajak.

Pajak memang bisa saja dikenakan saat barang keluar dari freeport. Sebagai contoh pajak impor di negara tujuan pengiriman. Tapi barang bisa berpindah tangan di dalam freeport tanpa kena pajak apapun.

Anda tahu, banyak barang-barang mewah itu nyaris tak pernah keluar dari kotak-kotak penyimpanannya. Soalnya, demi alasan investasi, orang-orang kaya itu lebih suka menyimpan barang-barang mewahnya di sana, ketimbang memajangnya di rumah.


Selain bebas pajak di penyimpanan, pemilik juga bisa terhindar dari pajak jual beli barang mewah, kalau transaksi dilakukan di freeport. Setidaknya untuk jual beli pertama dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Diana Wierbicki, pakar hukum seni di Withers, kewajiban pajak itu bisa dialihkan kepada jual beli karya seni yang kedua. Artinya, bisa untung dua kali, tapi cukup bayar pajak sekali.

Segalanya juga serba rahasia di sana. Semua dilindungi dalam pengamanan berlapis dan operator wajib tutup mulut. “Seperti lukisan yang disimpan di sana, tak ada nilai, pemilik, dan inventori, yang disebutkan. Segalanya rahasia,” kata Lynda Albertson, CEO di Association for Research into Crimes against Art.

Tapi bisnis freeport ini memang masih menjadi kontroversi. Mereka yang mendukung bisnis semacam ini mengatakan freeport menyediakan layanan yang sangat penting di tengah bertumbuhnya pasar seni global.

Sedangkan yang anti mengatakan, freeport hanya membuat perdagangan benda-benda seni makin buram, menarik penjahat, menutupi kegiatan korupsi, pemalsuan, penggelapan pajak, pencucian uang, dan pendanaan terorisme. Benarkah?

Inventori di freeport memang sangat dirahasiakan. Operator freeport dari Swiss, Euroasia, menyatakan kewajiban mereka adalah mengelola bangunan dan menyediakan pengamanan, bukan untuk menyimpan catatan tentang barang yang disimpan.

“Itu bukan tugas kami, tugas kami adalah menawarkan ruang (penyimpanan),” kata Tony Reynard, bos di Singapore Freeport, yang dimiliki Euroasia.

Lynda Albertson, CEO di Association for Research into Crimes against Art, mengatakan meski barang harus terdaftar di bea cukai, tenant hanya perlu melaporkan misalnya “satu lukisan”, bukan “satu lukisan Van Gogh”.

No comments:

Post a Comment