Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini kembali menjadi lokomotif pembangunan di Indonesia.
Ketika berbicara dalam Forum Rembuk Nasional "Transformasi BUMN Menuju Ketahanan Ekonomi Nasional" di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat, Jusuf Kalla mengatakan, BUMN tetap diperlukan terutama di bidang usaha yang memerlukan kepeloporan, modal besar, keberanian mengambil risiko tinggi, dan jaringan atau networking yang luas.
"Seperti industri migas yang jadi keahlian Pertamina, itu memerlukan kepeloporan sebagai hal yang utama," katanya.
Wakil Presiden RI (2004-2009) itu mencontohkan, dalam bisnis mencari minyak dan gas, perlu modal besar dan keberanian mengambil risiko, serta kebutuhan akan jaringan yang luas. "Itu sudah hal sehari-hari yang harus dihadapi Pertamina," kata Kalla.
Begitu juga dengan BUMN lain, katanya, keempat hal tersebut menjadi acuan untuk selalu berkembang dan bertambah maju.
"Dengan begitu BUMN selalu bisa menjaga ketahanan ekonomi nasional," kata Jusuf Kalla optimistis.
Jusuf Kalla juga memaparkan peranan BUMN di negara-negara lain. Menurutnya, BUMN selalu bisa menjadi penggerak ekonomi, baik di negara besar, negara kecil, negara kaya sumber daya alam, atau yang bahkan tidak punya sumber daya alam sama sekali.
"Negara kecil itu contohnya Singapura. Penduduknya hanya empat juta orang, sumber daya terbatas, tapi di sana ada Temasek, BUMN yang menjadi induk banyak usaha," kata Kalla.
Negara besar itu China dengan penduduk sekitar 1,4 miliar jiwa. Dalam bursa saham Shanghai, 80 persen perusahaan yang terdaftar adalah BUMN atau BUMD.
Amerika Serikat dan Australia jadi contoh negara yang kaya sumber daya alam dengan BUMN yang sukses.
Negara yang miskin sumber daya alam namun maju luar biasa karena punya sumber daya manusia yang mumpuni adalah Jepang dan Korea Selatan. Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Korea Selatan, termasuk Malaysia, punya BUMN yang kuat selain juga swasta yang agresif.
Menurut Kalla, ketika banyak perusahaan swasta bertumbangan dalam krisis ekonomi, BUMN menjadi penyelamat.
Dalam sesi dialog, ketika ada penanya yang menyebutkan bahwa BUMN diduga menjadi bancakan atau sapi perahan, baik bagi pejabat atau partai politik, atau juga sebagai tempat untuk balas jasa, Jusuf Kalla tidak membantah.
"Terutama saat BUMN masih berada di bawah departemen-departemen sesuai jenis usahanya. Tapi sekarang kan tidak lagi. BUMN disatukan dalam kementerian tersendiri. Di bawah Dahlan, tentu tak ada `katebelece` dan lain sebagainya. Keadaan sekarang jauh lebih baik dan lebih terbuka," ujar Kalla.
Menteri BUMN Dahlan Iskan sendiri batal hadir di forum tersebut. Dahlan yang sedianya menjadi pembicara kunci atau "keynote speaker", tergesa-gesa kembali ke Jakarta sebelum Shalat Jumat karena dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
No comments:
Post a Comment