Ketua Koperasi Warung Tegal Sartoro mengungkapkan, dari tahun ke tahun jumlah warteg yang berada di bawah pembinaannya semakin berkurang. Saat ini hanya tercatat sekitar 10.000 warteg di Jakarta, yang dalam catatannya jumlah ini telah banyak berkurang.
"Sisanya sudah pindah ke luar kota. Bahkan ada juga yang pulang kampung. Jakarta tidak menjanjikan lagi," kata Sartoro kepada Kompas.com, Sabtu (4/2/2012).
Menurutnya, kepindahan para pengusaha warteg ini ke kampung halamannya atau ke luar kota disebabkan persaingan yang semakin ketat di Jakarta. Sehingga, jika tidak tahan untuk bersaing, maka lebih memilih untuk pindah.
Hidup di Jakarta, menurut Sartoro, bukan perkara mudah lantaran tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi dan harga-harga barang serta kebutuhan pokok yang terbilang mahal. Tidak semua orang mampu bertahan lama untuk mengais rezeki di Ibu Kota yang sering diumpamakan lebih kejam daripada ibu tiri.
"Warung pecel lele makin menjamur kan sekarang. Mereka hanya buka dari sore sampai malam dan tidak perlu bayar sewa tempat. Pengunjungnya juga lumayan," tuturnya.
Sementara itu, keberadaan warteg sendiri terganjal dengan harga sewa tempat yang mahal. Kemudian belanja kebutuhan sehari-hari untuk berjualan dan harus buka dari pagi hingga malam membuat mereka membutuhkan banyak pegawai untuk bergantian jaga.
"Karena itu, dengan omzet di bawah Rp 1.000.000 per hari, mereka harus sisihkan untuk belanja, untuk pegawai, dan untuk sewa tempat. Kalau kena pajak, makin susah lagi," simpulnya.
No comments:
Post a Comment