Deputi Pemimpin Bank Indonesia Jember Bidang Ekonomi Moneter Dwi Suslamento mengatakan bahwa penurunan tingkat suku bunga acuan atau BI "Rate" 25 basis poin dari enam persen menjadi 5,75 persen dapat meningkatkan pertumbunan ekonomi di Indonesia.
"BI rate dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi semakin maju karena sumber dana relatif murah, dan hal itu berdampak dalam jangka panjang," tuturnya di kantor BI Jember, Jawa Timur, Jumat.
Menurut dia, keputusan penurunan BI rate diambil karena inflasi terus menunjukkan penurunan, sedangkan perekonomian masih tumbuh menguat.
"Hal itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pelemahan ekonomi dunia, sehingga di Indonesia perlu sumber dana yang murah dan solusinya adalah BI Rate diturunkan," paparnya.
Ia memprediksi masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan karena selisih dengan tingkat inflasi masih positif dan harapan (ekspektasi) inflasi masih di bawah suku bunga acuan.
"Ke depan masih ada kemungkinan untuk terus turun, namun hal itu tidak akan direspon oleh pihak perbankan dengan menurunkan suku bunga pinjamannya atau kredit karena risiko bagi perbankan terlalu besar untuk menurunkan hal tersebut," katanya, menjelaskan.
Menanggapi penurunan BI rate yang dapat mendorong melemahnya nilai tukar rupiah, Dwi memastikan bahwa hal tersebut merupakan ulah spekulan dan pelemahan nilai tukar rupiah hanya imbas jangka pendek saja.
"Pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih cukup menjanjikan dan BI masih tetap menjaga volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing," ujarnya, menambahkan.
Sementara Ketua Pengusaha Jember, Agus Susanto, menilai penurunan BI rate tidak terlalu berdampak di kalangan pengusaha karena penurunan suku bunga acuan tidak diikuti pada penurunan suku bunga kredit.
"Tidak ada pengaruhnya bagi kami, meski ke depan penurunan BI rate diprediksi akan turun lagi karena inflasi yang cenderung menurun. Kemungkinan dampaknya dalam jangka panjang karena sumber dana relatif murah," katanya.
No comments:
Post a Comment