Wednesday, November 15, 2017

50,1 Persen Dari Dunia Berhasil Dimiliki Oleh 1 Persen Orang Super Kaya

Ketidakmerataan pertumbuhan kekayaan di dunia semakin tajam setelah krisis keuangan satu dekade silam.

Hal itu tercantum dalam laporan bertajuk 'Global Wealth Report 2017: Where Are We 10 Years after the Crisis' yang dirilis oleh Credit Suisse Research Institute (CSRI), Rabu (15/11).

Dalam laporan disebutkan, sebanyak 1 persen teratas pemegang kekayaan global menggenggam hingga 50,1 persen dari total kekayaan dunia. Persentase itu meningkat dari semula hanya 45,5 persen.

"Sisa warisan negatif dari krisis keuangan adalah pembagian kekayaan yang tak merata, dan telah terjadi di semua belahan dunia sejak 2007 yang umumnya terjadi karena kolaboari pemilik modal dan pemerintah" ungkap Michael O'Sullivan, CIO untuk International Wealth Management Credit Suisse dalam keterangan tertulis di laman resmi perusahaan, Rabu (15/11).

Dalam kurun setahun, kenaikan kekayaan yang signifikan terlihat di seluruh dunia. Tak hanya didorong oleh pasar ekuitas yang kuat, tetapi juga peningkatan kekayaan non-finansial yang substansial. Ini menandakan dunia kembali ke pola pertumbuhan sebelum krisis.

Laporan tersebut menjelaskan, pertumbuhan kekayaan dunia memang kembali berlanjut sesaat setelah krisis, dan berhasil mengatasi kerugian yang dialami. Namun sayangnya, laju pertumbuhan rata-rata kurang dari separuh tingkat sebelum krisis.

Prospek kekayaan 5 tahun mendatang
Masih menurut laporan Credit Suisse, kekayaan global akan terus tumbuh pada kecepatan yang sama hingga lima tahun ke depan dan diperkirakan mencapai US$341 triliun pada 2022.

Prospek kalangan atas lebih optimis dibanding kalangan menengah bawah dalam piramida kekayaan yang kurang dari US$10.000 per orang. Kalangan atas diperkirakan meningkat 22 persen dari 36 juta orang menjadi 44 juta pada 2022, sedangkan kelompok bawah yang menempati tingkat terendah piramida diperkirakan hanya menyusut 4 persen.

Negara ekonomi berkembang diperkirakan menghasilkan kekayaan dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan negara maju, dan berpotensi meraih 22 persen saham dalam kekayaan global dalam lima tahun ke depan. Tak mengherankan, kontribusi terkuat diperkirakan dari China dengan kisaran angka mencapai US$10 triliun, naik 33 persen.

Total kekayaan global kini telah mencapai US$280 triliun, atau melonjak 27 persen dalam kurun satu dekade sejak awal krisis keuangan 2007 silam. Hal itu diketahui dari hasil laporan bertajuk 'Global Wealth Report 2017: Where Are We 10 Years after the Crisis' yang dirilis oleh Credit Suisse Research Institute (CSRI), Rabu (15/11).

Dalam kurun setahun terakhir, total kekayaan global tumbuh 6,4 persen atau sekitar US$16,7 triliun. Ini merupakan laju pertumbuhan kekayaan tercepat sejak 2012 dan salah satu hasil terbaik sejak krisis keuangan. Terlebih, kekayaan meningkat lebih cepat dari populasi, rerata kekayaan global per orang mencapai rekor baru sebesar US$56.540.

Menariknya, jika kekayaan di seluruh negara dibandingkan, Amerika Serikat menyumbang separuh dari peningkatan kekayaan dunia dalam kurun 12 bulan terakhir itu. Negeri Paman Sam melanjutkan penambahan tanpa henti setelah krisis keuangan dan menyumbangkan US$8,5 triliun terhadap kekayaan global.

Dengan kata lain, AS menghasilkan lebih dari separuh total agregat kekayaan global sebesar US$16,7 triliun dalam 12 bulan terakhir. "Sejauh ini, kepemimpinan Trump telah memperlihatkan perkembangan bisnis dan lapangan kerja, meskipun dukungan keberlanjutannya diperankan oleh Federal Reserve. Namun ketidaksetaraan kekayaan tetap menjadi isu utama," ujar Michael O'Sullivan, CIO untuk International Wealth Management Credit Suisse dalam laman resmi perusahaan, Rabu (15/11).

Ke depan, O'Sullivan memperkirakan valuasi pasar saham yang tinggi dan harga properti dapat menghambat laju pertumbuhan pada tahun mendatang.

Ketika sebagian besar kekayaan digenggam oleh negara-negara penghasilan tinggi di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Pasifik, pencipta kekayaan baru menjadi lebih menonjol. China, setelah menderita kerugian mencapai 20 persen selama masa krisis, dengan cepat melampuai tingkat pertumbuhan kekayaan saat sebelum krisis.

Tahun ini, laju penciptaan kekayaan tertahan dengan laju Eropa, dan input kekayaan global yakni US$1,7 triliun. Ini merupakan kekayaan tertinggi setelah AS.

Menurut laporan Global Wealth, cakupan geografis pertumbuhan kekayaan pada tahun-tahun pertama abad ini lebih luas dari pada sebelumnya. Tren kenaikan terus berlanjut di kelas aset keuangan dan nonkeuangan serta regional. Intinya, negara ekonomi berkembang menjadi pemain global yang kuat.

Hal yang tak kalah penting, semua lapisan masyarakat mendapat manfaat dari peningkatan tersebut. Rerata kekayaan global per orang dewasa tumbuh 7 persen per tahun antara 2000 dan 2007, separuh terbawah pemilik kekayaan bahkan lebih baik. Median kekayaan per orang naik 12 persen per tahun.

Pada 2007, krisis keuangan global membawa episode pertumbuhan yang terhenti, menyapu 12,6 persen dari kekayaan global.

No comments:

Post a Comment