Bunga simpanan di perbankan terus mengalami penurunan sejak bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days repo rate berada di level rendah. Tapi jumlah dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan yang ada terus mengalami peningkatan. Dari data lembaga penjamin simpanan (LPS) per Agustus 2017 jumlah simpanan orang kaya atau jumlah simpanan di atas Rp 2 miliar naik signifikan jumlah rekeningnya tercatat 1.595 dan nominalnya naik Rp 4,1 triliun. Dengan total simpanan Rp 14.49 triliun.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan ini menandakan masyarakat yang memiliki dana berlebih untuk menyimpan, bukan dibelanjakan. "Ada kecenderungan orang kaya menyimpan uangnya di perbankan, memang dalam jangka pendek," ujarnya,
Dia menjelaskan faktor utama orang kaya menahan belanja dan memilih simpan uang di bank karena mereka khawatir kinerja ekonomi ke depannya kurang prospektif. Menurut dia hal yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat adalah kurs rupiah yang melemah, lalu dengan penurunan cadangan devisa (cadev) yang signifikan pada oktober.
"Mereka juga lihat banyak toko ritel tutup dan pengangguran naik 10 ribu orang per Agustus 2017," kata dia. Menurut dia, menjelang akhir tahun kebijakan pajak dinilai makin agresif. Pengusaha yang ikut tax amnesty kebingungan karena mereka masih diburu pajak.
Selain itu kondisi politik jelang pilkada serentak juga turut mempengaruhi. Isu Sara di pilkada Jakarta membuat kepercayaan pengusaha turun. Untuk berjaga jaga uangnya ditaruh di bank. Menurut dia, solusinya memang perbaikan kinerja perekonomian dengan perbaikan daya beli serta stabilisasi kurs rupiah. Kemudian pemerintah harus bangun iklim perpajakan yang kondusif agar orang kaya kembali belanja dan investasi.
"Terakhir stabilitas politik juga penting. Jangan buat kebijakan yang aneh aneh yang bisa menimbulkan kegaduhan misalnya rencana integrasi tarif listrik 900, 1300, dan 2200 va jadi satu tarif. Itu membuat khawatir pengusaha karena tarif listriknya kemungkinan naik," jelas dia.
Dana pihak ketiga (DPK) di perbankan nasional terus mengalami pertumbuhan, meskipun bunga simpanan terus mengalami penurunan. Dari data uang beredar Bank Indonesia (BI) per September 2017, tercatat Rp 4.992 triliun, tumbuh 11,1% dibandingkan periode bulan sebelumnya 9,4%.
Jika dikabarkan simpanan jenis giro per September 2017 tercatat Rp 1.110 triliun tumbuh 12,1% jika dibandingkan periode bulan Agustus 2017 8,9%. Kemudian untuk simpanan jenis tabungan, tercatat Rp 1.592 triliun atau tumbuh 10,1% dibandingkan periode Agustus 8,5%. Lalu untuk simpanan deposito atau tabungan berjangka tercatat Rp 2.290 triliun atau tumbuh 11,3% dibandingkan periode bulan sebelumnya 10,3%.
Dari jenis mata uangnya, DPK dalam rupiah tercatat Rp 4.288 triliun tumbuh 11,3%. Lalu untuk DPK valuta asing Rp 704 miliar atau tumbuh 7%. Sementara itu bunga simpanan di perbankan secara rata-rata terus mengalami penurunan. Hal ini karena suku bunga acuan atau BI 7-days repo rate yang berada di level rendah yakni 4,25%.
Untuk bunga deposito jangka waktu 1 bulan per September 2017 berada di level 6,09% dari bulan Agustus 2017 6,3%. Kemudian untuk jangka waktu 3 bulan bunga deposito tercatat 6,46% lebih rendah dibanding bulan sebelumnya 6,54%. Lalu untuk bunga deposito jangka waktu 6 bulan tercatat 6,8% menurun dibandingkan periode bulan sebelumnya 6,86%. Sedangkan untuk bunga deposito jangka waktu 12 bulan 6,99% dibandingkan periode bulan sebelumnya 7,06%. Terakhir untuk bunga deposito jangka waktu 24 bulan tercatat 6,91% menurun dibandingkan bulan sebelumnya 6,94%.
Jumlah simpanan di perbankan alias dana pihak ketiga (DPK) yang bersumber dari tabungan masyarakat terus mengalami kenaikan. Meskipun tingkat suku bunga simpanan atau tabungan terus menyusut.
Apa penyebabnya?
Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aslan Lubis berpendapat, kenaikan tersebut terjadi karena nasabah perorangan sedang berhati-hati dalam melakukan belanja. "Nasabah perorangan makin rasional dalam berbelanja barang konsumsi, mereka berhati-hati. Jadi mereka lebih banyak menabung," kata dia.
Menurut dia DPK dari nasabah perorangan juga meningkat, ini terlihat dari pertumbuhan deposito yang cukup tinggi. Selain itu, peningkatan simpanan bang juga terjadi karena penyaluran dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka bagi hasil dan dana alokasi umum yang juga terlihat dari kenaikan DPK di bank daerah.
"Selain itu juga terjadi kenaikan DPK dari nasabah korporasi di giro yang mengindikasikan ekspansi usaha korporasi masih tertahan sambil menunggu kondisi aktivitas ekonomi," imbuh dia. Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kenaikan DPK memang lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit. Deposito tercatat naik 12,53% secara year on year (yoy), diikuti giro 12,16% dan tabungan 10,11%.
Berdasarkan data BI kenaikan tertinggi terjadi pada giro 12,1%, tabungan 10,1% dan deposito 11,3%
No comments:
Post a Comment